ASUHAN KEPERAWATAN PADA LUKA BAKAR
·
Perawatan Luka Bakar Selama Fase Darurat/ Resusitasi
Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada fase darurat
luka bakar berfokus pada prioritas utama bagi setiap pasien trauma dengan luka
sebagai permasalahan sekunder. Penanganan aseptik luka bakar dan pemberian
infus yang invasif harus diteruskan.
Tanda-tanda vital harus diperiksa
sesering mungkin. Status respirasi dipantau dengan ketat. Denyut nadi apikal,
karotid dan femoral dievaluasi. Pemantauan jantung merupakan indikasi jika
pasien memiliki riwayat penyakit jantung, cedera listrik atau masalah
respirasi, atau bilamana irama denyut nadinya terganggu, atau frekuensi nadinya
abnormal lambat atau cepat.
Jika semua ekstremitas terbakar,
pengukuran tekanan darah mungkin sulit dikerjakan. Balutan steril yang ditaruh
di bawah manset tensimeter akan melindungi luka terhadap kemungkinan
kontaminasi. Karena bertambahnya edema membuat tekanan darah sulit di
auskultasi, alat Doppler (ultrasound) atau tensimeter elektronik yang non
invasif dapat membantu. Pada luka bakar yang berat, kateter arteri digunakan
untuk mengukur tekanan darah dan mengambil spesimen darah. Denyut nadi perifer pada ekstremitas
yang terbakar harus diperiksa setiap jam sekali. Alat Doppler juga berguna
untuk memantau denyut nadi perifer.
Selang infus yang berdiameter besar dan
kateter urine indwelling harus
dipasang. Pengkajian perawat mencakup pemantauan asupan dan keluaran cairan.
Haluaran urine yang merupakan indikator yang sangat baik untuk menunjukkan
status sirkulasi harus dipantau dengan cermat dan diukur setiap satu jam.
Jumlah urine yang diperoleh pertama kali ketika kateter urine di pasang harus
dicatat, karena data ini dapat membantu menentukan fungsi renal dan status
cairan sebelum pasien mengalami luka bakar. Berat jenis urine; pH; dan kadar
glukosa, aseton, protein serta nilai hemoglobin harus sering dinilai.
Warna urine yang kemerahan menunjukkan
adanya hemokromogen dan mioglobin yang terjadi akibat kerusakan otot karena
luka bakar yang dalam dengan disertai cedera listrik atau kontak yang lama
dengan nyala api. Glukosuria merupakan gejala yang sering ditemukan pada
jam-jam pertama pasca-luka bakar dan terjadi akibat pelepasan glukosa yang
disimpan dari dalam hati sebagai respons terhadap stres.
Meskipun bukan merupakan informasi untuk
menghitung kebutuhan cairan pasien, perawat harus mengetahui volume maksimal
cairan yang harus diperoleh pasien. Alat pemompa infus dan pengatur kecepatan
infus sangat berguna untuk melaksanakan terapi cairan yang rumit dengan benar
menurut instruksi dokter. Pemantauan terapi cairan intravena merupakan tanggung
jawab keperawatan yang utama.
Suhu tubuh, berat badan, riwayat berat
pra-luka bakar, alergi, imunisasi tetanus masalah medik serta bedah pada masa
lalu, penyakit yang sekarang dan penggunaan obat harus dinilai. Pengkajian dari
kepala hingga ujung kaki dilakukan denga berfokus pada tanda-tanda dan gejala
dari penyakit atau cedera yang menyertai atau komplikasi yang timbul.
Pengkajian terhadap luas luka bakar
harus berkesinambungan dan difasilitasi dengan menggunakan diagram anatomik.
Disamping itu, perawat harus bekerjasama dengan dokter untuk mengkaji dalamnya
luka bakar serta mengidentifikasi daerah-daerah luka bakar derajat dua dan
tiga.
Pengkajian neurologik berfokus pada
tingkat kesadaran pasien, status fisiologik, tingkat nyeri serta kecemasan, dan
perilaku pasien. Pemahaman pasien dan keluarganya terhadap cedera serta
penanganannya juga perlu dinilai.
Diagnosa Keperawatan :
1.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan keracunan karbon monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas
atas.
Intervensi :
Ø Berikan oksigen yang sudah dilembabkan.
Ø Kaji bunyi napas, frekuensi pernapasan, irama, dalam dan simetrisnya
pernapasan. Pantau pasien untuk mendeteksi tanda-tanda hipoksia.
Ø Amati hal-hal berikut :
a.
Eritema atau pembentukan
bula(lepuh) pada mukosa bibir dan pipi.
b.
Lubang hidung yang gosong.
c.
Luka bakar pada muka, leher atau
dada.
d.
Bertambahnya keparauan suara.
e.
Adanya hangus dalam sputum atau
jaringan trakhea dalam sekret respirasi.
Ø Pantau hasil gas darah arteri, hasil pemeriksaan oksimetri denyut nadi
dan kadar karboksi-hemoglobin.
Ø Laporkan pernapasan yang berat, penurunan dalamnya pernapasan, atau
tanda-tanda hipoksia dengan segera kepada dokter.
Ø Bersiap untuk membantu dokter dalam intubasi dan eskarotomi.
Ø Pantau dengan ketat keadaan pasien yang menggunakan alat ventilator
mekanis.
Rasional
Ø Oksigen yang dilembabkan akan memberikan kelembaban pada jaringan yang
cedera; suplementasi oksigen meningkatkan oksigenasi alveoli.
Ø Hasil pengkajian ini memberikan data dasar untuk pengkajian selanjutnya
dan bukti peningkatan penurunan pernapasan.
Ø Peningkatan pCO2 dan penurunan
PO2 serta saturasi O2 dapat menunjukkan perlunya ventilasi mekanis.
Ø Intervensi yang segera diperlukan untuk mengatasi kesulitan pernapasan.
Ø Intubasi memungkinkan ventilasi mekanis. Eskarotomi memudahkan ekskursi
dada pada luka bakar yang meningkat.
Ø Pemantauan memungkinkan deteksi dini penurunan status respirasi atau
komplikasi pada ventilasi mekanis.
2.
Ketidak efektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap.
Intervensi :
Ø Pertahankan kepatenan jalan napas melalui pemberian posisi pasien yang tepat, pembuangan sekresi dan
jalan napas artifisial bila diperlukan.
Ø Berikan oksigen yang sudah dilembabkan.
Ø Dorong pasien agar mau membalikkan tubuh, batuk dan napas dalam.
Anjurkan agar pasien menggunakan spirometri insentif. Tindakan pengisapan jika
diperlukan.
Rasional :
Ø Jalan napas yang paten sangat krusial untuk fungsi respirasi.
Ø Kelembaban akan mengencerkan sekret dan mempermudah ekspektorasi.
Ø Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pembuangan sekresi.
3.
Kurang volume cairan berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dan
luka bakar.
Intervensi :
Ø Amati tanda-tanda vital (yang mencakup tekanan vena sentral atau
tekanan arteri pulmonalis jika perlu), haluaran urine, dan waspada terhadap
tanda-tanda hipovolemia atau kelebihan beban cairan.
Ø Pantau haluaran urine sedikitnya setiap jam sekali dan menimbang berat
badan pasien setiap hari.
Ø Pertahankan pemberian infus dan mengatur tetesannya pada kecepatan yang
tepat sesuai dengan program medik.
Ø Amati gejala defisiensi atau kelebihan kadar natrium, kalium, kalsium,
fosfor dan bikarbonat.
Ø Naikkan bagian kepala tempat tidur pasien dan tinggikan ekstremitas
yang terbakar.
Ø Beritahu dokter dengan segera jika terjadi penurunan haluaran urine,
tekanan darah, CVP, tekanan arteri pulmonalis atau peningkatan frekuensi denyut
nadi.
Rasional :
Ø Hipovolemia merupakan risiko utama yang segera terdapat sesudah luka
bakar. Resusitasi berlebihan dapat menyebabkan kelebihan beban cairan.
Ø Haluaran urine dan berat badan memberikan informasi tentang perfusi
renal, kecukupan penggantian cairan, dan kebutuhan serta status cairan.
Ø Pemberian cairan yang adekuat diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit serta perfusi organ-organ vital adekuat.
Ø Perubahan yang cepat pada status cairan dan elektrolit mungkin terjadi
dalam periode pasca luka bakar.
Ø Peninggian akan meningkatkan aliran balik darah vena.
Ø Karena terjadinya perpindahan cairan yang tepat pada syok luka bakar,
defisit cairan harus dideteksi secara dini sehingga syok sirkulasi tidak
terjadi.
4.
Hipotermia berhubungan dengan
gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
Intervensi :
Ø Berikan lingkungan yang hangat dengan penggunaan perisai pemanas,
selimut berongga, lampu atau selimut pemanas.
Ø Bekerja dengan cepat kalau lukanya terpajan udara dingin.
Ø Kaji suhu inti tubuh dengan sering.
Rasional :
Ø Lingkungan yang stabil mengurangi kehilangan panas lewat evaporasi.
Ø Pajanan yang minimal mengurangi kehilangan panas dari luka.
Ø Kaji suhu tubuh yang frekuen membantu mendeteksi terjadinya hipotermia.
5.
Nyeri berhubungan dengan cedera
jaringan dan saraf serta dampak emosional cedera.
Intervensi :
Ø Gunakan skala nyeri untuk menilai tingkat rasa nyeri (yaitu 1 hingga
10). Bedakan dengan keadaan hipoksia.
Ø Berikan preparat analgetik opioid menurut program medik. Amati
kemungkinan supresi pernapasan pada pasien yang tidak memakai ventilasi mekanis.
Lakukan penilaian respons pasien terhadap pemberian analgetik.
Ø Berikan dukungan emosional dan menentramkan kekhawatiran pasien.
Rasional :
Ø Tingkat nyeri memberikan data dasar untuk mengevaluasi efektivitas
tindakan mengurangi nyeri. Hipoksia dapat menimbulkan tanda-tanda serupa dan
harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum pengobatan nyeri dilaksanakan.
Ø Penyuntikan preparat analgetik intravena diperlukan karena terjadinya
perubahan perfusi jaringan akibat luka bakar.
Ø Dukungan emosional sangat penting untuk mengurangi ketakutan dan
ansietas akibat luka bakar. Ketakutan dan ansietas akan meningkatkan persepsi
nyeri.
·
Perawatan Luka Bakar Selama Fase Akut
Pengkajian
Pengkajian yang berkesinambungan
terhadap pasien luka bakar selama minggu-minggu pertama sesudah terjadinya luka
bakar berfokus pada berbagai perubahan hemodinamika, proses kesembuhan luka,
rasa nyeri dan respons psikososial serta deteksi dini komplikasi. Pengkajian
terhadap status respirasi dan cairan tetap merupakan prioritas paling utama untuk
mendeteksi komplikasi potensial.
Tanda-tanda vital harus diukur dengan
sering. Pengkajian yang berkesinambungan terhadap denyut nadi perifer merupakan
pemeriksaan yang esensial selama beberapa hari pertama pasca-luka bakar ketika
edema terus bertambah sehingga berpotensi untuk merusak saraf perifer dan
membatasi aliran darah. Hasil observasi EKG dapat memberikan petunjuk adanya
aritmia jantung akibat gangguan keseimbangan kalium, penyakit jantung yang
sudah ada sebelumnya atau efek dari cedera listrik atau syok luka bakar.
Pengkajian terhadap volume isi lambung
yang tersisa (residu) dan nilai pH pada pasien yang dipasang selang nasogastrik
juga merupakan pemeriksaan yang penting dan memberikan petunjuk adanya sepsis
yang dini atau kebutuhan akan terapi antisida. Darah dalam cairan aspirasi
lambung atau feses juga harus dicatat dan dilaporkan.
Pengkajian terhadap luka bakar
memerlukan mata, tangan dan indera pembau yang berpengalaman. Ciri-ciri
pengkajian luka bakar yang penting mencakup ukuran, bau, eskar, eksudat,
pembentukan abses dibawah eskar, calon pertumbuhan epitel (kumpulan sel-sel
yang kecil dan menyerupai mutiara pada permukaan luka), perdarahan, penampakan
jaringan granulasi, kemajuan proses pencangkokan kulit serta lokasi donor, dan
kualitas kulit disekitarnya.
Pengkajian lain yang signifikan dan
harus terus dilaksanakan ditujukan pada rasa nyeri dan respons psikososial,
berat badan tiap hari, asupan kalori, status hidrasi secara umum dan kadar
elektrolit, hemoglobin serta hematokrit dalam serum. Pengkajian terhadap
perdarahan yang berlebihan dari pembuluh darah di dekat daerah yang menjalani
eksplorasi bedah dan debridemen juga di perlukan.
Diagnosa keperawatan :
1.
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan pemulihan kembali integritas kapiler dan perpindahan cairan
dari kompartemen interstisial kedalam kompartemen intravaskuler.
Intervensi :
Ø Pantau tanda-tanda vital, asupan dan haluaran cairan, berat badan. Kaji
edema, distensi vena jugularis dan krekels.
Ø Beritahu dokter jika haluaran urine < 30 ml/jam, terjadi penambahan
berat badan, distensi vena jugularis, ronkhi, peningkatan CVP, tekanan arteri
pulmonalis, tekanan baji.
Ø Pertahankan cairan infus dengan pompa infus atau alat pengendali
kecepatan tetesan.
Ø Berikan preparat diuretik atau dopamin seperti yang diprogramkan.
Menilai respons.
Rasional :
Ø Tanda dan gejala ini mencerminkan status cairan.
Ø Semua tanda ini menunjukkan peningkatan volume cairan.
Ø Pengaturan infus akan mencegah bolus cairan yang tidak disengaja.
Ø Dopamin akan meningkatkan perfusi renal yang meningkatkan haluaran
urine. Diuretik meningkatkan pembentukan urine serta haluaran urine dan
menurunkan volume intravaskuler.
2.
Risiko terhadap infeksi
berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya respons imun.
Intervensi :
Ø Gunakan tindakan asepsis dalam semua aspek perawatan pasien.
Ø Lakukan skrining terhadap para pengunjung untuk mendeteksi masalah
respirasi, gastrointestinal atau integumen. Mengharuskan pengunjung yang tidak
menderita infeksi yang aktif untuk mengenakan gaun atau jubah yang steril dan
memintanya untuk mencuci tangan.
Ø Singkirkan tanaman dan bunga dalam air dari kamar pasien.
Ø Inspeksi luka untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi, drainase yang
purulen atau perubahan warna.
Ø Pantau hitung leukosit, hasil kultur dan tes sensitivitas.
Ø Berikan antibiotik sesuai dengan preskripsi medik.
Ø Lakukan penggantian linen dan membantu pasien dalam memelihara higiene
perorangan.
Rasional :
Ø Teknik aseptik akan meminimalkan risiko kontaminasi-silang dan
penyebarluasan kontaminasi bakteri.
Ø Menghindari agens penyebab infeksi yang dikenali akan mencegah masuknya
mikroorganisme tambahan.
Ø Air yang menggenang merupakan sumber potensial bagi pertumbuhan
bakteri.
Ø Tanda-tanda tersebut menunjukkan infeksi lokal.
Ø Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan infeksi lokal.
Ø Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan infeksi. Pemeriksaan kultur dan
sensitivitas menunjukkan mikroorganisme yang ada dan antibiotik yang tepat
harus diberikan.
Ø Antibiotik mengurangi jumlah bakteri.
Ø Tindakan ini mengurangi potensi kolonisasi bakteri pada luka bakar.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan keadaan hipermetabolisme dan kesembuhan
luka.
Intervensi :
Ø Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein; mencakup kesukaan pasien
dan makanan yang dibuat dirumah. Berikan suplemen nutrisi sesuai dengan
ketentuan medik.
Ø Pantau berat badan pasien dan jumlah asupan kalorinya setiap hari.
Ø Berikan suplemen vitamin dan mineral sesuai dengan ketentuan medik.
Ø Berikan nutrisi enteral atau parenteral total melalui protokol
penanganan jika kebutuhan diet tidak terpenuhi lewat asupan peroral.
Ø Laporan distensi abdomen, volume residu lambung yang besar atau diare
kepada dokter.
Rasional :
Ø Pasien memerlukan nutrien yang cukup untuk kesembuhan luka dan
peningkatan kebutuhan metabolisme.
Ø Tindakan ini membantu menentukan apakah kebutuhan makanan telah
terpenuhi.
Ø Suplemen ini memenuhi kebutuhan nutrisi; vitamin dan mineral yang
adekuat perlu untuk penyembuhan luka dan fungsi seluler.
Ø Teknik intervensi nutrisi menjamin terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
Ø Tanda-tanda ini dapat menunjukkan intoleransi terhadap jalur atau tipe
pemberian nutrisi.
4.
Kerusakan integritas kulit
berhubungan denngan luka bakar terbuka.
Intervensi :
Ø Bersihkan luka, tubuh dan rambut setiap hari.
Ø Laksanakan perawatan luka sesuai dengan preskripsi medik.
Ø Oleskan preparat antibiotik topikal dan memasang balutan sesuai dengan
ketentuan medik.
Ø Cegah penekanan, infeksi dan mobilisasi autograft.
Ø Berikan dukungan nutrisi yang memadai.
Ø Kaji luka dan lokasi graft. Laporkan tanda-tanda kesembuhan yang buruk,
pelekatan graft yang jelek atau trauma kepada dokter.
Rasional :
Ø Pembersihan setiap hari akan mengurangi potensi kolonisasi bakteri.
Ø Perawatan akan mempercepat kesembuhan luka.
Ø Perawatan luka akan mengurangi kolonisasi bakteri dan mempercepat
kesembuhan.
Ø Tindakan ini akan mempercepat pelekatan graft dan kesembuhan.
Ø Nutrisi yang memadai sangat penting untuk pembentukan granulasi yang
normal dan kesembuhan.
Ø Intervensi dini untuk mengatasi kesembuhan luka atau pelekatan graft yang
buruk sangat esensial. Luka bakar yang menjalani pencangkokan kulit atau yang
baru sembuh sangat rentan terhadap trauma.
5.
Nyeri berhubungan dengan serabut saraf yang terbuka, kesembuhan luka
dan penanganan luka.
Intervensi :
a.
kaji tingkat nyeri dengan skala
nyeri. Amati indikator nonverbal yang menunjukkan rasa nyeri; muka meringis,
takikardia, tangan yang mengepal.
b.
Jelaskan pada pasien mengenai
perjalanan nyeri yang lazim terjadi pada kesembuhan luka dan berbagai pilihan
untuk pengendalian nyeri.
c.
Berikan preparat analgetik sebelum
rasa nyeri bertambah parah.
d.
Berikan instruksi dan membantu
pasien dalam melaksanakan teknik relaksasi, imajinasi dan distraksi.
e.
Berikan preparat anti ansietas dan
anti pruritus jika diperlukan.
f.
Lumasi luka bakar yang sedang sembuh
dengan air atau losion berbahan dasar silika.
Rasional :
g.
Data-data hasil pengkajian nyeri
akan memberikan informasi dasar untuk mengkaji respons terhadap intervensi.
h.
Pengetahuan akan mengurangi rasa
takut terhadap hal-hal yang tidak diketahui dan menyampaikan berbagai cara
pengendalian nyeri kepada pasien.
i.
Rasa nyeri lebih mudah
dikendalikan jika diatasi sebelum nyeri bertambah parah.
j.
Tindakan non farmakologik untuk
mengatasi nyeri akan memberikan berbagai cara intervensi yang dapat mengurangi
sensasi nyeri.
k.
Preparat ini akan membantu
meningkatkan kenyamanan pasien.
l.
Preparat ini akan mengurangi
perasaan kencang pada kulit.
6.
Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan edema serta rasa nyeri pada luka bakar dan kontraktur
persendian.
Intervensi :
Ø Atur posisi dengan seksama untuk mencegah posisi yang terfiksasi pada
daerah tubuh yang terbakar.
Ø Laksanakan latihan rentang gerak beberapa kali sehari.
Ø Bantu pasien untuk duduk dan ambulasi dini.
Ø Gunakan bidai dan alat-alat latihan yang dianjurkan oleh spesialis terapi
oksupasi dan fisioterapi.
Ø Dorong perawatan mandiri sampai taraf yang sesuai dengan kemampuan
pasien.
Rasional :
Ø Pengaturan posisi yang benar akan mengurangi resiko terjadinya
kontraktur fleksi.
Ø Latihan renang gerak akan meminimalkan atrofi otot.
Ø Mobilitas dini mendorong peningkatan pemakaian otot-otot.
Ø Alat-alat tersebut akan mendorong aktivitas pasien sementara posisi
sendi yang benar tetap dipertahankan.
Ø Perawatan mandiri akan mempercepat kemandirian maupun peningkatan
aktivitas.
7.
Koping individual tidak efektif
berhubungan dengan perasaan takut dan ansietas cemas, berduka dan dependensi
pada pemberi perawatan.
Intervensi :
Ø Kaji kondisi pasien untuk mengetahui kemampuan koping dan strategi
koping yang dilaksanakan dengan berhasil di masa lalu.
Ø Tunjukkan penerimaan pada pasien. Berikan dukungan dan umpan balik yang
positif.
Ø Bantu pasien untuk menetapkan
tujuan jangka pendek yang dapat dicapainya guna meningkatkan
independensi pada aktivitas hidup sehari-hari.
Ø Gunakan pendekatan multidisiplin untuk mempercepat mobilitas dan
independensi.
Ø Konsultasi dengan anggota tim perawatan pasien untuk membantunya dalam
mengatasi perilaku yang regresif atau maladaptif.
Rasional :
Ø Data-data psikososial akan memberikan informasi dasar untuk
merencanakan perawatan.
Ø Penerimaan akan mendorong timbulnya harga diri dan proses yang
berkelanjutan ke arah independensi.
Ø Penetapan tujuan jangka pendek akan membawa kepada pola keberhasilan bagi
pasien. Tujuan jangka panjang mungkin tidak realistik atau tidak dapat dicapai.
Ø Kolaborasi memanfaatkan keahlian dari profesi atau spesialis yang lain.
8.
Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan luka bakar.
Ø Kaji persepsi klien dan keluarganya tehadap dampak luka bakar pada
fungsi keluarga.
Ø Tunjukkan keinginan untuk mendengarkan. Berikan dukungan yang
realistik.
Ø Rujuk keluarga pada unit pelayanan sosial dan sumber-sumber pendukung
lainnya jika diperlukan.
Ø Jelaskan pola strategi koping pasien yang lazim dalam menghadapi luka
bakar kepada keluarga. Bicarakan cara-cara yang dapat mereka gunakan untuk
mendukung pasien.
Rasional :
Ø Data-data hasil penelitian memberikan informasi dasar untuk perencanaan
perawatan.
Ø Sikap yang empatik memudahkan pasien untuk mengutarakan keprihatinannya
dengan kata-kata.
Ø Kolaborasi membantu mengatasi keprihatinan secara komprehensif.
Ø Penjelasan membantu mengurangi ansietas terhadap hal-hal yang tidak
diketahui dan mempermudah intervensi yang tepat oleh keluarga terhadap pasien.
9.
Kurang pengetahuan mengenai proses
penanganan luka bakar.
Intervensi :
Ø Kaji kesiapan pasien dan keluarganya untuk belajar.
Ø Jajaki pengalaman pasien dan keluarganya yang berhubungan dengan
perawatan di rumah sakit dan penyakit.
Ø Tinjau proses penanganan luka bakar bersama pasien dan keluarganya.
Ø Jelaskan pentingnya partisipasi pasien dalam perawatan untuk memperoleh
hasil-hasil yang optimal.
Ø Jelaskan lama waktu yang diperlukan untuk sembuh dari luka bakar.
Rasional :
Ø Terbatasnya pendidikan mengurangi kemampuan pasien dan keluarganya
untuk menerima informasi.
Ø Informasi ini memberikan data-data dasar untuk penjelasan dan indikasi
yang menunjukkan harapan pasien serta keluarganya.
Ø Mengetahui apa yang akan terjadi mempersiapkan pasien dan keluarganya
dalam menghadapi kejadian mendatang.
Ø Informasi ini memberikan arah yang spesifik kepada pasien.
Ø Kejujuran meningkatkan harapan realistis.
·
Perawatan Luka Bakar Selama Fase Rehabilitatif
Pengkajian
Informasi mengenai tingkat pendidikan
pasien, pekerjaan, kegiatan rekreasi, latar belakang budaya, agama dan
interaksi keluarga harus didapat secara dini. Konsep diri, status mental,
respons emosional terhadap luka bakar serta perawatan di rumah sakit, tingkat
fungsi intelektual, perawatan dirumah sakit yang sebelumnya, respons terhadap
rasa nyeri serta tindakan untuk meredakan nyeri dan pola tidur, juga merupakan
komponen yang esensial dari suatu pengkajian yang komprehensif. Informasi
tentang konsep diri pasien secara umum, penghargaan terhadap dirinya dan
strategi koping di masa lalu akan berguna dalam memenuhi semua kebutuhan
emosional.
Pemeriksaan jasmani yang perlu dilakukan
sehubungan dengan tujuan rehabilitasi mencakup latihan rentang gerak pada
persendian yang terkena luka bakar, kemampuan fungsional dalam aktivitas hidup
sehari-hari, tanda-tanda dini ruptura kulit akibat bidai atau alat pengatur posisi,
bukti adanya neuropati (kerusakan neurologi), toleransi terhadap aktivitas dan
kualitas atau kondisi kulit yang tengah sembuh. Partisipasi pasien dalam
perawatan dan kemampuannya untuk memperlihatkan perawatan mandiri seperti
ambulasi, makan, pembersihan luka serta pemasangan verban tekan harus dicatat
secara teratur. Disamping semua parameter pengkajian ini, komplikasi dan
penanganan yang spesifik pula.
Pemulihan dari luka bakar meliputi
setiap sistem tubuh, sehingga pengkajian terhadap pasien luka bakar harus bersifat
paripurna(komprehensif) dan berkelanjutan. Skala prioritas akan bervariasi pada
berbagai waktu yang berbeda pada fase rehabilitasi.
Diagnosa Keperawatan :
1.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan rasa nyeri ketika melakukan latihan, mobilitas sendi yang terbatas,
pelisutan otot dan ketahanan tubuh (endurance) yang terbatas.
Intervensi :
Ø Pertahankan posisi tubuh yang tepat dengan dukungan atau belat,
khususnya untuk luka bakar diatas sendi.
Ø Perhatikan sirkulasi, gerakan dan sensasi jari secara sering.
Ø Lakukan rehabilitasi pada penerimaan.
Ø Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif
kemudian aktif.
Ø Beri obat sebelum aktivitas/ latihan.
Ø Dorong partisipasi pasien dalam semua aktivitas sesuai kemampuan
individual.
Rasional :
Ø Meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas dan mencegah
kontraktur, yang lebih mungkin diatas sendi.
Ø Edema dapat memperngaruhi sirkulasi pada ekstremitas mempotensialkan
nekrosis jaringan/ terjadinya kontraktur.
Ø Akan lebih mudah untuk membuat partisipasi bila pasien menyadari
kemungkinan adanya penyembuhan.
Ø Mencegah secara progresif mengencangkan jaringan parut dan kontraktur;
meningkatkan pemeliharaan fungsi otot/sendi dan menurunkan kehilangan kalsium
dari tulang.
Ø Menurunkan kekakuan otot/ jaringan dan tegangan memampukan pasien untuk
lebih aktif dan membantu partisipasi.
Ø Meningkatkan kemandirian, meningkatkan harga diri, dan membantu proses
perbaikan.
2.
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan pada penampakan fisik dan konsep diri.
Intervensi :
Ø Kaji makna kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat.
Ø Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan, marah, kedukaan dan
kemarahan. Perhatikan perilaku menarik diri dan penggunaan penyangkalan.
Ø Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan
kesehatan, dan menyusun tujuan dalam keterbatasan.
Ø Berikan harapan dalam parameter situasi individu; jangan memberikan
keyakinan yang salah.
Ø Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitasi.
Rasional :
Ø Episodic traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tak diantisipasi,
membuat perasaan kehilangan pada kehilangan aktual/ yang dirasakan. Ini
memerlukan dukungan dalam perbaikan optimal.
Ø Penerimaan perasaan sebagai respons normal terhadap apa yang terjadi
membantu perbaikan. Ini tidak membantu atau kemungkinan mendorong pasien
sebelum siap untuk menerima situasi. Penyangkalan mungkin lama dan mungkin
mekanisme adaptif, karena pasien tidak siap mengatasi masalah pribadi.
Ø Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dan
perawat.
Ø Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun
tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realitas.
Ø Mempertahankan/membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan terus
menerus pada pasien dan keluarga.
3.
Kurang pengetahuan tentang
perawatan di rumah sesudah pasien pulang dari rumah sakit dan kebutuhan tindak
lanjut.
Ø Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan datang.
Ø Kaji ulang perawatan luka bakar, graft kulit dan luka. Identifikasi
sumber yang tepat untuk perawatan pasien rawat jalan dan bahannya.
Ø Diskusikan perawatan kulit contoh penggunaan pelembab dan pelindung
sinar matahari.
Ø Jelaskan proses jaringan parut dan perlunya untuk penggunaan pakaian
penekan yang tepat bila menggunakan.
Ø Dorong kesinambungan program latihan dan jadwalkan periode istirahat.
Ø Tekankan pentingnya melanjutkan pemasukan diet tinggi kalori/ protein.
Ø Tekankan perlunya/pentingnya mengevaluasi perawatan/rehabilitasi.
Rasional :
Ø Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
Ø Meningkatkan kemampuan perawatan diri setelah pulang dan meningkatkan
kemandirian.
Ø Gatal, lepuh dan sensitivitas luka yang sembuh/sisi graft dapat
diharapkan selama waktu lama.
Ø Meningkatkan pertumbuhan kulit kembali yang optimal, meminimalkan terjadinya
jaringan parut hipertroffik dan kontraktur dan membantu proses penyembuhan.
Ø Mempertahankan mobilitas, menurunkan komplikasi dan mencegah kelelahan,
membantu proses penyembuhan.
Ø Nutrisi optimal meningkatkan regenerasi jaringan dan penyembuhan umum
kesehatan.
Ø Dukungan jangka panjang dengan evaluasi ulang kontinu dan perubahan
terapi dibutuhkan untuk mencapai penyembuhan optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar