Sabtu, 14 Januari 2012

LUKA BAKAR


ASUHAN KEPERAWATAN PADA LUKA BAKAR

·         Perawatan Luka Bakar Selama Fase Darurat/ Resusitasi
Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada fase darurat luka bakar berfokus pada prioritas utama bagi setiap pasien trauma dengan luka sebagai permasalahan sekunder. Penanganan aseptik luka bakar dan pemberian infus yang invasif harus diteruskan.
Tanda-tanda vital harus diperiksa sesering mungkin. Status respirasi dipantau dengan ketat. Denyut nadi apikal, karotid dan femoral dievaluasi. Pemantauan jantung merupakan indikasi jika pasien memiliki riwayat penyakit jantung, cedera listrik atau masalah respirasi, atau bilamana irama denyut nadinya terganggu, atau frekuensi nadinya abnormal lambat atau cepat.
Jika semua ekstremitas terbakar, pengukuran tekanan darah mungkin sulit dikerjakan. Balutan steril yang ditaruh di bawah manset tensimeter akan melindungi luka terhadap kemungkinan kontaminasi. Karena bertambahnya edema membuat tekanan darah sulit di auskultasi, alat Doppler (ultrasound) atau tensimeter elektronik yang non invasif dapat membantu. Pada luka bakar yang berat, kateter arteri digunakan untuk mengukur tekanan darah dan mengambil spesimen  darah. Denyut nadi perifer pada ekstremitas yang terbakar harus diperiksa setiap jam sekali. Alat Doppler juga berguna untuk memantau denyut nadi perifer.
Selang infus yang berdiameter besar dan kateter urine indwelling harus dipasang. Pengkajian perawat mencakup pemantauan asupan dan keluaran cairan. Haluaran urine yang merupakan indikator yang sangat baik untuk menunjukkan status sirkulasi harus dipantau dengan cermat dan diukur setiap satu jam. Jumlah urine yang diperoleh pertama kali ketika kateter urine di pasang harus dicatat, karena data ini dapat membantu menentukan fungsi renal dan status cairan sebelum pasien mengalami luka bakar. Berat jenis urine; pH; dan kadar glukosa, aseton, protein serta nilai hemoglobin harus sering dinilai.
Warna urine yang kemerahan menunjukkan adanya hemokromogen dan mioglobin yang terjadi akibat kerusakan otot karena luka bakar yang dalam dengan disertai cedera listrik atau kontak yang lama dengan nyala api. Glukosuria merupakan gejala yang sering ditemukan pada jam-jam pertama pasca-luka bakar dan terjadi akibat pelepasan glukosa yang disimpan dari dalam hati sebagai respons terhadap stres.
Meskipun bukan merupakan informasi untuk menghitung kebutuhan cairan pasien, perawat harus mengetahui volume maksimal cairan yang harus diperoleh pasien. Alat pemompa infus dan pengatur kecepatan infus sangat berguna untuk melaksanakan terapi cairan yang rumit dengan benar menurut instruksi dokter. Pemantauan terapi cairan intravena merupakan tanggung jawab keperawatan yang utama.
Suhu tubuh, berat badan, riwayat berat pra-luka bakar, alergi, imunisasi tetanus masalah medik serta bedah pada masa lalu, penyakit yang sekarang dan penggunaan obat harus dinilai. Pengkajian dari kepala hingga ujung kaki dilakukan denga berfokus pada tanda-tanda dan gejala dari penyakit atau cedera yang menyertai atau komplikasi yang timbul.
Pengkajian terhadap luas luka bakar harus berkesinambungan dan difasilitasi dengan menggunakan diagram anatomik. Disamping itu, perawat harus bekerjasama dengan dokter untuk mengkaji dalamnya luka bakar serta mengidentifikasi daerah-daerah luka bakar derajat dua dan tiga.
Pengkajian neurologik berfokus pada tingkat kesadaran pasien, status fisiologik, tingkat nyeri serta kecemasan, dan perilaku pasien. Pemahaman pasien dan keluarganya terhadap cedera serta penanganannya juga perlu dinilai.
Diagnosa Keperawatan :
1.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan karbon monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas.
Intervensi :
Ø  Berikan oksigen yang sudah dilembabkan.
Ø  Kaji bunyi napas, frekuensi pernapasan, irama, dalam dan simetrisnya pernapasan. Pantau pasien untuk mendeteksi tanda-tanda hipoksia.
Ø  Amati hal-hal berikut :
a.       Eritema atau pembentukan bula(lepuh) pada mukosa bibir dan pipi.
b.      Lubang hidung yang gosong.
c.       Luka bakar pada muka, leher atau dada.
d.      Bertambahnya keparauan suara.
e.       Adanya hangus dalam sputum atau jaringan trakhea dalam sekret respirasi.
Ø  Pantau hasil gas darah arteri, hasil pemeriksaan oksimetri denyut nadi dan kadar karboksi-hemoglobin.
Ø  Laporkan pernapasan yang berat, penurunan dalamnya pernapasan, atau tanda-tanda hipoksia dengan segera kepada dokter.
Ø  Bersiap untuk membantu dokter dalam intubasi dan eskarotomi.
Ø  Pantau dengan ketat keadaan pasien yang menggunakan alat ventilator mekanis.
Rasional
Ø  Oksigen yang dilembabkan akan memberikan kelembaban pada jaringan yang cedera; suplementasi oksigen meningkatkan oksigenasi alveoli.
Ø  Hasil pengkajian ini memberikan data dasar untuk pengkajian selanjutnya dan bukti peningkatan penurunan pernapasan.
Ø  Peningkatan pCO2  dan penurunan PO2 serta saturasi O2 dapat menunjukkan perlunya ventilasi mekanis.
Ø  Intervensi yang segera diperlukan untuk mengatasi kesulitan pernapasan.
Ø  Intubasi memungkinkan ventilasi mekanis. Eskarotomi memudahkan ekskursi dada pada luka bakar yang meningkat.
Ø  Pemantauan memungkinkan deteksi dini penurunan status respirasi atau komplikasi pada ventilasi mekanis.
2.      Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap.
Intervensi :
Ø  Pertahankan kepatenan jalan napas melalui pemberian posisi  pasien yang tepat, pembuangan sekresi dan jalan napas artifisial bila diperlukan.
Ø  Berikan oksigen yang sudah dilembabkan.
Ø  Dorong pasien agar mau membalikkan tubuh, batuk dan napas dalam. Anjurkan agar pasien menggunakan spirometri insentif. Tindakan pengisapan jika diperlukan.
Rasional :
Ø  Jalan napas yang paten sangat krusial untuk fungsi respirasi.
Ø  Kelembaban akan mengencerkan sekret dan mempermudah ekspektorasi.
Ø  Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pembuangan sekresi.
3.      Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dan luka bakar.
Intervensi :
Ø  Amati tanda-tanda vital (yang mencakup tekanan vena sentral atau tekanan arteri pulmonalis jika perlu), haluaran urine, dan waspada terhadap tanda-tanda hipovolemia atau kelebihan beban cairan.
Ø  Pantau haluaran urine sedikitnya setiap jam sekali dan menimbang berat badan pasien setiap hari.
Ø  Pertahankan pemberian infus dan mengatur tetesannya pada kecepatan yang tepat sesuai dengan program medik.
Ø  Amati gejala defisiensi atau kelebihan kadar natrium, kalium, kalsium, fosfor dan bikarbonat.
Ø  Naikkan bagian kepala tempat tidur pasien dan tinggikan ekstremitas yang terbakar.
Ø  Beritahu dokter dengan segera jika terjadi penurunan haluaran urine, tekanan darah, CVP, tekanan arteri pulmonalis atau peningkatan frekuensi denyut nadi.
Rasional :
Ø  Hipovolemia merupakan risiko utama yang segera terdapat sesudah luka bakar. Resusitasi berlebihan dapat menyebabkan kelebihan beban cairan.
Ø  Haluaran urine dan berat badan memberikan informasi tentang perfusi renal, kecukupan penggantian cairan, dan kebutuhan serta status cairan.
Ø  Pemberian cairan yang adekuat diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit serta perfusi organ-organ vital adekuat.
Ø  Perubahan yang cepat pada status cairan dan elektrolit mungkin terjadi dalam periode pasca luka bakar.
Ø  Peninggian akan meningkatkan aliran balik darah vena.
Ø  Karena terjadinya perpindahan cairan yang tepat pada syok luka bakar, defisit cairan harus dideteksi secara dini sehingga syok sirkulasi tidak terjadi.
4.      Hipotermia berhubungan dengan gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
Intervensi :
Ø  Berikan lingkungan yang hangat dengan penggunaan perisai pemanas, selimut berongga, lampu atau selimut pemanas.
Ø  Bekerja dengan cepat kalau lukanya terpajan udara dingin.
Ø  Kaji suhu inti tubuh dengan sering.
Rasional :
Ø  Lingkungan yang stabil mengurangi kehilangan panas lewat evaporasi.
Ø  Pajanan yang minimal mengurangi kehilangan panas dari luka.
Ø  Kaji suhu tubuh yang frekuen membantu mendeteksi terjadinya hipotermia.
5.      Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan dan saraf serta dampak emosional cedera.

Intervensi :
Ø  Gunakan skala nyeri untuk menilai tingkat rasa nyeri (yaitu 1 hingga 10). Bedakan dengan keadaan hipoksia.
Ø  Berikan preparat analgetik opioid menurut program medik. Amati kemungkinan supresi pernapasan pada pasien yang tidak memakai ventilasi mekanis. Lakukan penilaian respons pasien terhadap pemberian analgetik.
Ø  Berikan dukungan emosional dan menentramkan kekhawatiran pasien.
Rasional :
Ø  Tingkat nyeri memberikan data dasar untuk mengevaluasi efektivitas tindakan mengurangi nyeri. Hipoksia dapat menimbulkan tanda-tanda serupa dan harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum pengobatan nyeri dilaksanakan.
Ø  Penyuntikan preparat analgetik intravena diperlukan karena terjadinya perubahan perfusi jaringan akibat luka bakar.
Ø  Dukungan emosional sangat penting untuk mengurangi ketakutan dan ansietas akibat luka bakar. Ketakutan dan ansietas akan meningkatkan persepsi nyeri.
·         Perawatan Luka Bakar Selama Fase Akut
Pengkajian
Pengkajian yang berkesinambungan terhadap pasien luka bakar selama minggu-minggu pertama sesudah terjadinya luka bakar berfokus pada berbagai perubahan hemodinamika, proses kesembuhan luka, rasa nyeri dan respons psikososial serta deteksi dini komplikasi. Pengkajian terhadap status respirasi dan cairan tetap merupakan prioritas paling utama untuk mendeteksi komplikasi potensial.
Tanda-tanda vital harus diukur dengan sering. Pengkajian yang berkesinambungan terhadap denyut nadi perifer merupakan pemeriksaan yang esensial selama beberapa hari pertama pasca-luka bakar ketika edema terus bertambah sehingga berpotensi untuk merusak saraf perifer dan membatasi aliran darah. Hasil observasi EKG dapat memberikan petunjuk adanya aritmia jantung akibat gangguan keseimbangan kalium, penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya atau efek dari cedera listrik atau syok luka bakar.
Pengkajian terhadap volume isi lambung yang tersisa (residu) dan nilai pH pada pasien yang dipasang selang nasogastrik juga merupakan pemeriksaan yang penting dan memberikan petunjuk adanya sepsis yang dini atau kebutuhan akan terapi antisida. Darah dalam cairan aspirasi lambung atau feses juga harus dicatat dan dilaporkan.
Pengkajian terhadap luka bakar memerlukan mata, tangan dan indera pembau yang berpengalaman. Ciri-ciri pengkajian luka bakar yang penting mencakup ukuran, bau, eskar, eksudat, pembentukan abses dibawah eskar, calon pertumbuhan epitel (kumpulan sel-sel yang kecil dan menyerupai mutiara pada permukaan luka), perdarahan, penampakan jaringan granulasi, kemajuan proses pencangkokan kulit serta lokasi donor, dan kualitas kulit disekitarnya.
Pengkajian lain yang signifikan dan harus terus dilaksanakan ditujukan pada rasa nyeri dan respons psikososial, berat badan tiap hari, asupan kalori, status hidrasi secara umum dan kadar elektrolit, hemoglobin serta hematokrit dalam serum. Pengkajian terhadap perdarahan yang berlebihan dari pembuluh darah di dekat daerah yang menjalani eksplorasi bedah dan debridemen juga di perlukan.
Diagnosa keperawatan :
1.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan pemulihan kembali integritas kapiler dan perpindahan cairan dari kompartemen interstisial kedalam kompartemen intravaskuler.
Intervensi :
Ø  Pantau tanda-tanda vital, asupan dan haluaran cairan, berat badan. Kaji edema, distensi vena jugularis dan krekels.
Ø  Beritahu dokter jika haluaran urine < 30 ml/jam, terjadi penambahan berat badan, distensi vena jugularis, ronkhi, peningkatan CVP, tekanan arteri pulmonalis, tekanan baji.
Ø  Pertahankan cairan infus dengan pompa infus atau alat pengendali kecepatan tetesan.
Ø  Berikan preparat diuretik atau dopamin seperti yang diprogramkan. Menilai respons.
Rasional :
Ø  Tanda dan gejala ini mencerminkan status cairan.
Ø  Semua tanda ini menunjukkan peningkatan volume cairan.
Ø  Pengaturan infus akan mencegah bolus cairan yang tidak disengaja.
Ø  Dopamin akan meningkatkan perfusi renal yang meningkatkan haluaran urine. Diuretik meningkatkan pembentukan urine serta haluaran urine dan menurunkan volume intravaskuler.
2.      Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya  respons imun.
Intervensi :
Ø  Gunakan tindakan asepsis dalam semua aspek perawatan pasien.
Ø  Lakukan skrining terhadap para pengunjung untuk mendeteksi masalah respirasi, gastrointestinal atau integumen. Mengharuskan pengunjung yang tidak menderita infeksi yang aktif untuk mengenakan gaun atau jubah yang steril dan memintanya untuk mencuci tangan.
Ø  Singkirkan tanaman dan bunga dalam air dari kamar pasien.
Ø  Inspeksi luka untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi, drainase yang purulen atau perubahan warna.
Ø  Pantau hitung leukosit, hasil kultur dan tes sensitivitas.
Ø  Berikan antibiotik sesuai dengan preskripsi medik.
Ø  Lakukan penggantian linen dan membantu pasien dalam memelihara higiene perorangan.
Rasional :
Ø  Teknik aseptik akan meminimalkan risiko kontaminasi-silang dan penyebarluasan kontaminasi bakteri.
Ø  Menghindari agens penyebab infeksi yang dikenali akan mencegah masuknya mikroorganisme tambahan.
Ø  Air yang menggenang merupakan sumber potensial bagi pertumbuhan bakteri.
Ø  Tanda-tanda tersebut menunjukkan infeksi lokal.
Ø  Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan infeksi lokal.
Ø  Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan infeksi. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas menunjukkan mikroorganisme yang ada dan antibiotik yang tepat harus diberikan.
Ø  Antibiotik mengurangi jumlah bakteri.
Ø  Tindakan ini mengurangi potensi kolonisasi bakteri pada luka bakar.
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan keadaan hipermetabolisme dan kesembuhan luka.
Intervensi :
Ø  Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein; mencakup kesukaan pasien dan makanan yang dibuat dirumah. Berikan suplemen nutrisi sesuai dengan ketentuan medik.
Ø  Pantau berat badan pasien dan jumlah asupan kalorinya setiap hari.
Ø  Berikan suplemen vitamin dan mineral sesuai dengan ketentuan medik.
Ø  Berikan nutrisi enteral atau parenteral total melalui protokol penanganan jika kebutuhan diet tidak terpenuhi lewat asupan peroral.
Ø  Laporan distensi abdomen, volume residu lambung yang besar atau diare kepada dokter.
Rasional :
Ø  Pasien memerlukan nutrien yang cukup untuk kesembuhan luka dan peningkatan kebutuhan metabolisme.
Ø  Tindakan ini membantu menentukan apakah kebutuhan makanan telah terpenuhi.
Ø  Suplemen ini memenuhi kebutuhan nutrisi; vitamin dan mineral yang adekuat perlu untuk penyembuhan luka dan fungsi seluler.
Ø  Teknik intervensi nutrisi menjamin terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
Ø  Tanda-tanda ini dapat menunjukkan intoleransi terhadap jalur atau tipe pemberian nutrisi.
4.      Kerusakan integritas kulit berhubungan denngan luka bakar terbuka.
Intervensi :
Ø  Bersihkan luka, tubuh dan rambut setiap hari.
Ø  Laksanakan perawatan luka sesuai dengan preskripsi medik.
Ø  Oleskan preparat antibiotik topikal dan memasang balutan sesuai dengan ketentuan medik.
Ø  Cegah penekanan, infeksi dan mobilisasi autograft.
Ø  Berikan dukungan nutrisi yang memadai.
Ø  Kaji luka dan lokasi graft. Laporkan tanda-tanda kesembuhan yang buruk, pelekatan graft yang jelek atau trauma kepada dokter.
Rasional :
Ø  Pembersihan setiap hari akan mengurangi potensi kolonisasi bakteri.
Ø  Perawatan akan mempercepat kesembuhan luka.
Ø  Perawatan luka akan mengurangi kolonisasi bakteri dan mempercepat kesembuhan.
Ø  Tindakan ini akan mempercepat pelekatan graft dan kesembuhan.
Ø  Nutrisi yang memadai sangat penting untuk pembentukan granulasi yang normal dan kesembuhan.
Ø  Intervensi dini untuk mengatasi kesembuhan luka atau pelekatan graft yang buruk sangat esensial. Luka bakar yang menjalani pencangkokan kulit atau yang baru sembuh sangat rentan terhadap trauma.
5.      Nyeri berhubungan dengan  serabut saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka.
Intervensi :
a.       kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri. Amati indikator nonverbal yang menunjukkan rasa nyeri; muka meringis, takikardia, tangan yang mengepal.
b.      Jelaskan pada pasien mengenai perjalanan nyeri yang lazim terjadi pada kesembuhan luka dan berbagai pilihan untuk pengendalian nyeri.
c.       Berikan preparat analgetik sebelum rasa nyeri bertambah parah.
d.      Berikan instruksi dan membantu pasien dalam melaksanakan teknik relaksasi, imajinasi dan distraksi.
e.       Berikan preparat anti ansietas dan anti pruritus jika diperlukan.
f.       Lumasi luka bakar yang sedang sembuh dengan air atau losion berbahan dasar silika.
Rasional :
g.      Data-data hasil pengkajian nyeri akan memberikan informasi dasar untuk mengkaji respons terhadap intervensi.
h.      Pengetahuan akan mengurangi rasa takut terhadap hal-hal yang tidak diketahui dan menyampaikan berbagai cara pengendalian nyeri kepada pasien.
i.        Rasa nyeri lebih mudah dikendalikan jika diatasi sebelum nyeri bertambah parah.
j.        Tindakan non farmakologik untuk mengatasi nyeri akan memberikan berbagai cara intervensi yang dapat mengurangi sensasi nyeri.
k.      Preparat ini akan membantu meningkatkan kenyamanan pasien.
l.        Preparat ini akan mengurangi perasaan kencang pada kulit.
6.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan edema serta rasa nyeri pada luka bakar dan kontraktur persendian.
Intervensi :
Ø  Atur posisi dengan seksama untuk mencegah posisi yang terfiksasi pada daerah tubuh yang terbakar.
Ø  Laksanakan latihan rentang gerak beberapa kali sehari.
Ø  Bantu pasien untuk duduk dan ambulasi dini.
Ø  Gunakan bidai dan alat-alat latihan yang dianjurkan oleh spesialis terapi oksupasi dan fisioterapi.
Ø  Dorong perawatan mandiri sampai taraf yang sesuai dengan kemampuan pasien.
Rasional :
Ø  Pengaturan posisi yang benar akan mengurangi resiko terjadinya kontraktur fleksi.
Ø  Latihan renang gerak akan meminimalkan atrofi otot.
Ø  Mobilitas dini mendorong peningkatan pemakaian otot-otot.
Ø  Alat-alat tersebut akan mendorong aktivitas pasien sementara posisi sendi yang benar tetap dipertahankan.
Ø  Perawatan mandiri akan mempercepat kemandirian maupun peningkatan aktivitas.
7.      Koping individual tidak efektif berhubungan dengan perasaan takut dan ansietas cemas, berduka dan dependensi pada pemberi perawatan.
Intervensi :
Ø  Kaji kondisi pasien untuk mengetahui kemampuan koping dan strategi koping yang dilaksanakan dengan berhasil di masa lalu.
Ø  Tunjukkan penerimaan pada pasien. Berikan dukungan dan umpan balik yang positif.
Ø  Bantu pasien untuk menetapkan  tujuan jangka pendek yang dapat dicapainya guna meningkatkan independensi pada aktivitas hidup sehari-hari.
Ø  Gunakan pendekatan multidisiplin untuk mempercepat mobilitas dan independensi.
Ø  Konsultasi dengan anggota tim perawatan pasien untuk membantunya dalam mengatasi perilaku yang regresif atau maladaptif.
Rasional :
Ø  Data-data psikososial akan memberikan informasi dasar untuk merencanakan perawatan.
Ø  Penerimaan akan mendorong timbulnya harga diri dan proses yang berkelanjutan ke arah independensi.
Ø  Penetapan tujuan jangka pendek akan membawa kepada pola keberhasilan bagi pasien. Tujuan jangka panjang mungkin tidak realistik atau tidak dapat dicapai.
Ø  Kolaborasi memanfaatkan keahlian dari profesi atau spesialis yang lain.
8.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan luka bakar.
Ø  Kaji persepsi klien dan keluarganya tehadap dampak luka bakar pada fungsi keluarga.
Ø  Tunjukkan keinginan untuk mendengarkan. Berikan dukungan yang realistik.
Ø  Rujuk keluarga pada unit pelayanan sosial dan sumber-sumber pendukung lainnya jika diperlukan.
Ø  Jelaskan pola strategi koping pasien yang lazim dalam menghadapi luka bakar kepada keluarga. Bicarakan cara-cara yang dapat mereka gunakan untuk mendukung pasien.
Rasional :
Ø  Data-data hasil penelitian memberikan informasi dasar untuk perencanaan perawatan.
Ø  Sikap yang empatik memudahkan pasien untuk mengutarakan keprihatinannya dengan kata-kata.
Ø  Kolaborasi membantu mengatasi keprihatinan secara komprehensif.
Ø  Penjelasan membantu mengurangi ansietas terhadap hal-hal yang tidak diketahui dan mempermudah intervensi yang tepat oleh keluarga terhadap pasien.
9.      Kurang pengetahuan mengenai proses penanganan luka bakar.
Intervensi :
Ø  Kaji kesiapan pasien dan keluarganya untuk belajar.
Ø  Jajaki pengalaman pasien dan keluarganya yang berhubungan dengan perawatan di rumah sakit dan penyakit.
Ø  Tinjau proses penanganan luka bakar bersama pasien dan keluarganya.
Ø  Jelaskan pentingnya partisipasi pasien dalam perawatan untuk memperoleh hasil-hasil yang optimal.
Ø  Jelaskan lama waktu yang diperlukan untuk sembuh dari luka bakar.
Rasional :
Ø  Terbatasnya pendidikan mengurangi kemampuan pasien dan keluarganya untuk menerima informasi.
Ø  Informasi ini memberikan data-data dasar untuk penjelasan dan indikasi yang menunjukkan harapan pasien serta keluarganya.
Ø  Mengetahui apa yang akan terjadi mempersiapkan pasien dan keluarganya dalam menghadapi kejadian mendatang.
Ø  Informasi ini memberikan arah yang spesifik kepada pasien.
Ø  Kejujuran meningkatkan harapan realistis.
·         Perawatan Luka Bakar Selama Fase Rehabilitatif
Pengkajian
Informasi mengenai tingkat pendidikan pasien, pekerjaan, kegiatan rekreasi, latar belakang budaya, agama dan interaksi keluarga harus didapat secara dini. Konsep diri, status mental, respons emosional terhadap luka bakar serta perawatan di rumah sakit, tingkat fungsi intelektual, perawatan dirumah sakit yang sebelumnya, respons terhadap rasa nyeri serta tindakan untuk meredakan nyeri dan pola tidur, juga merupakan komponen yang esensial dari suatu pengkajian yang komprehensif. Informasi tentang konsep diri pasien secara umum, penghargaan terhadap dirinya dan strategi koping di masa lalu akan berguna dalam memenuhi semua kebutuhan emosional.
Pemeriksaan jasmani yang perlu dilakukan sehubungan dengan tujuan rehabilitasi mencakup latihan rentang gerak pada persendian yang terkena luka bakar, kemampuan fungsional dalam aktivitas hidup sehari-hari, tanda-tanda dini ruptura kulit akibat bidai atau alat pengatur posisi, bukti adanya neuropati (kerusakan neurologi), toleransi terhadap aktivitas dan kualitas atau kondisi kulit yang tengah sembuh. Partisipasi pasien dalam perawatan dan kemampuannya untuk memperlihatkan perawatan mandiri seperti ambulasi, makan, pembersihan luka serta pemasangan verban tekan harus dicatat secara teratur. Disamping semua parameter pengkajian ini, komplikasi dan penanganan yang spesifik pula.
Pemulihan dari luka bakar meliputi setiap sistem tubuh, sehingga pengkajian terhadap pasien luka bakar harus bersifat paripurna(komprehensif) dan berkelanjutan. Skala prioritas akan bervariasi pada berbagai waktu yang berbeda pada fase rehabilitasi.
Diagnosa Keperawatan :
1.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan rasa nyeri ketika melakukan latihan, mobilitas sendi yang terbatas, pelisutan otot dan ketahanan tubuh (endurance) yang terbatas.
Intervensi :
Ø  Pertahankan posisi tubuh yang tepat dengan dukungan atau belat, khususnya untuk luka bakar diatas sendi.
Ø  Perhatikan sirkulasi, gerakan dan sensasi jari secara sering.
Ø  Lakukan rehabilitasi pada penerimaan.
Ø  Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif kemudian aktif.
Ø  Beri obat sebelum aktivitas/ latihan.
Ø  Dorong partisipasi pasien dalam semua aktivitas sesuai kemampuan individual.
Rasional :
Ø  Meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas dan mencegah kontraktur, yang lebih mungkin diatas sendi.
Ø  Edema dapat memperngaruhi sirkulasi pada ekstremitas mempotensialkan nekrosis jaringan/ terjadinya kontraktur.
Ø  Akan lebih mudah untuk membuat partisipasi bila pasien menyadari kemungkinan adanya penyembuhan.
Ø  Mencegah secara progresif mengencangkan jaringan parut dan kontraktur; meningkatkan pemeliharaan fungsi otot/sendi dan menurunkan kehilangan kalsium dari tulang.
Ø  Menurunkan kekakuan otot/ jaringan dan tegangan memampukan pasien untuk lebih aktif dan membantu partisipasi.
Ø  Meningkatkan kemandirian, meningkatkan harga diri, dan membantu proses perbaikan.
2.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada penampakan fisik dan konsep diri.
Intervensi :
Ø  Kaji makna kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat.
Ø  Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan, marah, kedukaan dan kemarahan. Perhatikan perilaku menarik diri dan penggunaan penyangkalan.
Ø  Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan kesehatan, dan menyusun tujuan dalam keterbatasan.
Ø  Berikan harapan dalam parameter situasi individu; jangan memberikan keyakinan yang salah.
Ø  Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitasi.
Rasional :
Ø  Episodic traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tak diantisipasi, membuat perasaan kehilangan pada kehilangan aktual/ yang dirasakan. Ini memerlukan dukungan dalam perbaikan optimal.
Ø  Penerimaan perasaan sebagai respons normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan. Ini tidak membantu atau kemungkinan mendorong pasien sebelum siap untuk menerima situasi. Penyangkalan mungkin lama dan mungkin mekanisme adaptif, karena pasien tidak siap mengatasi masalah pribadi.
Ø  Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dan perawat.
Ø  Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realitas.
Ø  Mempertahankan/membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan terus menerus pada pasien dan keluarga.
3.      Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah sesudah pasien pulang dari rumah sakit dan kebutuhan tindak lanjut.
Ø  Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan datang.
Ø  Kaji ulang perawatan luka bakar, graft kulit dan luka. Identifikasi sumber yang tepat untuk perawatan pasien rawat jalan dan bahannya.
Ø  Diskusikan perawatan kulit contoh penggunaan pelembab dan pelindung sinar matahari.
Ø  Jelaskan proses jaringan parut dan perlunya untuk penggunaan pakaian penekan yang tepat bila menggunakan.
Ø  Dorong kesinambungan program latihan dan jadwalkan periode istirahat.
Ø  Tekankan pentingnya melanjutkan pemasukan diet tinggi kalori/ protein.
Ø  Tekankan perlunya/pentingnya mengevaluasi perawatan/rehabilitasi.
Rasional :
Ø  Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Ø  Meningkatkan kemampuan perawatan diri setelah pulang dan meningkatkan kemandirian.
Ø  Gatal, lepuh dan sensitivitas luka yang sembuh/sisi graft dapat diharapkan selama waktu lama.
Ø  Meningkatkan pertumbuhan kulit kembali yang optimal, meminimalkan terjadinya jaringan parut hipertroffik dan kontraktur dan membantu proses penyembuhan.
Ø  Mempertahankan mobilitas, menurunkan komplikasi dan mencegah kelelahan, membantu proses penyembuhan.
Ø  Nutrisi optimal meningkatkan regenerasi jaringan dan penyembuhan umum kesehatan.
Ø  Dukungan jangka panjang dengan evaluasi ulang kontinu dan perubahan terapi dibutuhkan untuk mencapai penyembuhan optimal.









































Tidak ada komentar:

Posting Komentar