Sabtu, 14 Januari 2012

ASKEP THYPOID

BAB I
PENDAHUAAN

A.          Latar Belakang

                        Kesehatan meupakan salah satu factor yang menentukan kualitas, selain itu juga merupakan  anugerah Tuhan yang patut dijagah dan dilindungi dari ancaman yang dapat merugikan kelangsungan hidup manusia.Seta kualitas tersbut perlu ditingkatkan dengan jalan mendekatkan pelayaanan kesehatan yan bersifat menyeluru, terpadu dan berkisinambung.
            Dalam Undang- Undang No.23/ 1992. Tentang Kesaehatan dijelaskan bahwa pengertian kesehatan adalah keshatan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan seseorang bebas dari penyakit,cacat dan kelemahan, akan tetapi untuk menjadi sehat seseorang harus menerapkan pola hidup sehat.
                        Konsep sehat yang meliputi peninkataan lingkungan fisik, social, pelayanaan kesehatan, perilaku positif dan perekonomian masyarakat merupakan kendala yang mewujudkan pola hidup sehat di Negara yang berkembang sepeti di Indonesia.Hal ini di buktikan dengan masih adanya penyakit atau masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu masalah tersebut adalah penyakit thypoid.Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yan biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebihdari satu minggu,gangguan pada pencernaan dan gangguan pada kesadaraan.
                        Dari data yang di didapatkan angkah prevalansi demam thypoid di tentukan 70,9 % / 10.000 penduduk. Jumlah ini merupakaan jumlah yamg masih sangat tinggi, untuk itulah perawat di tuntut untuk mampu memberikan pelayanaan kesehatan yang berorentasi pada pelayanaan bio, psiko, social, spiritual yan komperensif yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarqakat baik sakit maupun sehat sepanjang siklus kehidupan.


B.           Tujuan Penulisan
1.            Tujuan umum:
         Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan “ demam Thypoid” di ruang dengan perawatan yang komperhensif.

2.            Tujuan Khusus:
a.             Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan “Deman Thypoid
b.            Dapat merumuskan diagnosa keperawatan dengan menganalisa data dan kemungkinan masalah yan dapat terjadi berdasarkan pengelompokan data.
c.             Dapat menyusun dan melakukan tindakaan keperawatan terhadap pasien dengan “Demam thypoid”
d.            Dapat mengetaui kemungkinan hambatan yang timbul pada saat memberikan asuhan keperawatan dan merencanakan oemecahaannya
e.             Dapat meningkatkan multi pelayanaan keperawatan pasien dengan “demam Thypoid”

C.           Metode Penulisaan
         Metode yamg digunakan dala penyusunaan makalah ini adalah metode deskriptif yaitu metode yan bertujuan pada perencanaan masalah disusun, dijelaskan, dan dianalisa, meliputi :
1.            Studi kepustakaan
         Memberi dan mempelajati literature yan berkaitan dengan laporan hasil studi kasus
2.            wawancara
         mengadakan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang status kesehatan pasien


3. Pengamatan kasus, meliputi :
a)            Observasi pada pasien: Mengadakan pengamatan dan
                                                 Penelitian langsung pad pasien
b)      Pemeriksaan fisik        : dilakukan melalaui 4 cara yaitu
                                                 inspeksi, palpasi perkusi dan
                                                 auskultasi
c)  Dokumentasi :  Status pasien hasil test diagnostic

D.          Sistematika Penulisan
BAB I             :Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode                                       penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II       : Landasan teoritis yang terdiri dari: konsep dasar medik, (pengertian, Anatomi dan Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinik, Test Diagnostik, Komplikasi, Penatalaksanaan Medik) dan konsep dasar keperawatan, (Pengertian Keperawatan, Tujuan Keperawatan, Langkah-Langkah Proses Keperawatan, Dampak Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia, Diagnosa Keperawatan yang lasim muncul).
BAB III        : Penerapan proses keperawatan kepada klien dengan demam tipoid yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, evaluasi tindakan keperawatan.
BAB IV        :Pembahasan kesenjangan yang terdiri dari pada tiap tahap proses   keperawatan.
BAB V            : Penutup

                                     




BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Tinjauan Teoritis        
1.      Defenisi :
            Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenaisaluran pencernaan dengan gejala demam yan lebih dari satu minggu,dan tedapat gangguan kesadaran. (Dr. Nursalam, M. Nurs.)
2.      Anatoni Fisiologi
           
















                  Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yan menerima makanan dari luar dan mempersiapkan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran.) dengan enzim dan zat dair yamg terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
Susunan saluran pencernaan terdiri dari :
a.       Oris (mulut)
b.      Faring (tekak)
c.       Esofagus (kerongkongan )
d.      Ventriculus (lambung)
e.       Intestinum minor (usus halus)
-          Duodenum (usus 12 jari)
-          Jejenum
-          Ileum
f.       Intestinum mayor (usus besar)
-          Sekum
-          Kolon asendens
-          Kolon transversum
-          Kolon desendens
-          Kolon sigmoid
g.      Rektum
h.      Anus.

Struktur pencernaan :
1.Oris (mulut )
                  Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yan terdiri atas dua bagian yaitu: bagian luar yang sempitatau vestibula yaitu rongga di antara gusi, gigi, bibir dan pipi.Rongga mulut bagian dalam yaitu: rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maxilaris, palatum dan mandibularis,di sebelah belakang bersambung dengan faring.
2.Faring (tekak )
      Merupakan organ yan menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esophagus). Terdiri atas bagian superior disebut nasofaring dan bagian inferior disebut orofaring.Fungsinya: jalan udara dan jalan makanaan pada faring terjadi penyilangan
3.      Esofagus (kerongkongan)
            Merupakaan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung.Lapisan dinding dari dalam keluar : selaput lendir,(mukosa ), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot memanjang longitudinal.Fungsinya : menggerakan makanan pada faring ke lambung melalui gerak peristaltic.
4.      Ventriculus (lambung )
            Lambung terdiri dari tiga bagian yaitu : fundus, corpus, dan pylorus.Makanan terhan selama 3atau 4 jam dalam lambung kemudiaan dikeluarkan dalam bentuk cair / kimus.
Fungsinya :
1)      Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung
2)      Getah cerna lambung yang dihasilkan :
·   Pepsin fungsinya : memecah putih telurmenjadi asam amino (albumin dan omino ).
·   Asam garam (HCl ),fingsinya : sebagaimana ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen  (kasinogen dan protein susu).
·   Renin fungsinya : sebagaimana ragi yang membeekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein).
5.      Intestinum minor (usus halus )
            Usus halus adalah bagian saluran cerna diantara lambung dan usus besar. Panjangnya ± 3,720 cm, bergelung dalam rongga perut dan tebagi atas 3 bagian yaitu :
a)      Duodenum (usus 12 jari ) dengan panjang ± 2,5 cm, dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yan banyak mengandung kelenjar yang disebut kelenjar brunner berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
b)      Yeyenum (usus kosong) dan ileum (usus penyerapan ). Panjangnya ± 2-3 meter dan ileum   ± 4-5 meter. Ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang disebut mesenterrium.fungsinya : mencegah cairan dalam kolon asandens tidak masuk kembali ke ileum.
c)      Usus halus :
      Fungsi usus halus :
-          Mengangkat kimus dari lambung ke usus besar
-          Menyelesaikan pencernaan dengan enzim yang berasal dari dinding dan kelenjar lain
-          Menyerap hasil akhir pencernaan ke dalam darah dam limfe
-          Menggetahkan hormone tertentu
6.      Intestinum mayor ( usus besar )
   Usus besar memanjang dari katub ileokal ke anus yang panjangnya ±180 cm, dan terdiri atas :
-  Sekum
               Di bawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang bebentuk seperti cacing sehingga di sebujt juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya di tutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dapat di raba melalui dinding abdomen pada organ yang masih hidup.
- Kolon asendens
            Panjangnya, 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum ke bawah hati.Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura hepatica, di kolon  lanjutkan sebagai transversum


- Kolon transversum
            Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
- Kolon desendens
            Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen  baian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sogmoig
- Kolon sigmoid
            Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens,        teletak miring dalam  rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya    menyerupai huruf s ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.
7.      Rektum
   Rektum terletak di bawah kolon sigmoid, yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sekrum dan ps koksigis
8.      Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar( udara luar ) Terletak di dasar pelis,dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter :  
1.      Sfingter ani internus(sebelah atas) bekerja tidak menurut  kehendak
2.   Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak
3.      Ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
3.Etiologi
§    Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan  tidak berspora.
§     sekurang- kurangnya 3 macam antigen:
-    MempunyaAntigen O (ohne hauch) somatic antigen
-    Antigen H (houch) menyebar
-    Antigen vi virulen kapsul, merupakan kaosul yang meliputi              tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap             fagositosis.
§    Bisa juga disebabkan oleh salmonella parathypii A, B, dan C

4.Patofisiologi
a.       Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnakan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limpoid dan berkembang biak menyerang villi usus halus kemudian masuk ke peredaraan darah (bakterimia primer) dan mencapai sel- sel retikuloendotitial hati, limpa dan organ- organ lainya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan berakhir saat sel- sel retikuloendotitial melepaskan kuman ke dalam peredaraan darah dan menimbulkan bekterimia jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu.
b.      Pada minggu pertama terjadi hyperplasia plak, player. Ini terjadi pada kelenjar limpoid, usus halus, minggu kedua terjadi nekrosis dan padaminggu ketiga terjadi ulserasi plak player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menyebabkan sikatrik.Ulkus dapat menyebabkan perdarahan bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar- kelenjar mesenterial dan limpa membesar.
c.       Gejala demam disebabkan oleh Endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan kelainan pada usus.

5.      Manifestasi Klinik 
a)      Masa tunas 10-14 hari.
b)      Minggu I
      Demam, nyeri kepala, pusing, nyri otot, anoreksia,mual,muntah,obstipasi atau diare,perasaantidak enak di perut,batuk danepistaksis, pada pemeriksaan fisik didapatkan penungkatkansuhu badan
c)      Minggu II
      Demam, bradikardi relatif, lidah yang khas kotor di tengah,tepi dan ujungnya merah serta ujungnya tremor, dapat ditemukan hepatomegali,splenomegali meteriorismus. Kesadaran samnolen,supor koma, dan dapat terjadi dengan gangguan mental berupa delirium dan psikosis
d)     Minggu III
      Demam tinggi,nyeri perut, feces bercampur darah (melena).
e)      Minggu IV
      Penyembuhan ulkus
                  6. Test Diagnostik
                  a. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
         SGOT (serum glutamik oxaloocetik transaminase) dan SGPT (serum glutamik pyruvik transaminase) sering meningkat tetapi kembali normal setela sembuh.
                  b. Pemeriksaan Darah Tepi
                      terdapat gambaran Leukopenia, Limpositosis, Aneosinofilia, Anemia,    Trombositopenia.
                  c. Pemeriksaan sum-sum tulang
                        Menunjukan gambaran hiperaktif sum-sum tulang.
                  d. Biakan Empedu
            terdapat basil salmonella thyposa pada urin dan tinja, jika pad periksaa selama 2 kali berturut-turut tidak didapatkan salmonella thyposa pad urin dan tinja, maka pasien dinyatakan smbuh
                  e. Pemeriksaan Widal
                  Didapat titer terhadap antigen O adalah 1/200 atau lebih, menunjukankenaikan yang progresifyang digunakan untuk membuat diagnosa.Akibat infeksi oleh salmonella thyposa pasien membuat antibody (algutinin) yaitu :
1)            Algutinin O yan dibuat karena ransangan antigen O (erssal  dari tubuh kuman)
2)            Algutinin H karena ransangan antigen H (berasal dariflagella kuman
3)             Algutinin Vi karena ransangan Vi (berasal dari simpai  kuman)
                                    Dari ketiga algutinin ini, algutinin O dan H makin tinggi titernya,makin besar kemungkinan menderita thypoid. Pada inefeksi aktif pemeriksaan widal akan meningkat titernya sesudah 5 hari.

                           7. Penatalaksanaan Medik
Perawatan dan pengobatan pada demam thypoid  terdiri dari 3 bagian yaitu:
a.             Perawatan
         Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat          penyembuhan.
1.            Pasien demam thypoid perlu di rawat di rumah sakit untuk isolasi,obserasi tanda- tanda vital dan pengobatan.
2.            Tirah baring selama, untuk mencegah komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus
3.            Mobilisasi bertahap bila suhu tidak panas sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien
4.            Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus di ubah- ubah pada interval waktu tertentu untuk menghindari dekubitus
5.            bab dan bak perlu diperhatikan karena kadan terjadi obstipasi da retensi urin



b.            Diit        
            1)  Makanan cukup kalori dan protein renda serat,tidak                       meransang dan menimbulkan gas. Bentuknya saring                    atau lunak.
2)  Makanan dapat ditingkatkan sesuai perkembangan keluhan gastrointestinal sampai makanan habis.
         a) Jika kesadaran masi baik di berikan makanan lunak dengan lauk-pauk dicincang (hati daging), sayuranlabu siam, wortel, yang dimasak linak sekali,boleh juga diberi tahu,telur setengah matang, susu diberikan 2x1 gelas perhari,jika makanan tidak dihabiskan diberikan ekstra susu.
         b) Pasien yang kesedaranya menurun sekali diberikan cair personde, kalori sesuai kebutuhan, pemberiaanya diatur setiap e3 jam termaksud makanan ekstra seperti sari buah, bubur kacang ijo yang sudah di haluskan
         c) Jika pasien parah seperti yang menderita delirium,dipasang infuse dengan cairan Glukosa dan NaCl. Jika keadaan suda baik berikan makanan personde disamping infuse masi di berikan.

c. Pengobatan Medik.
      Obat yang digunakan antara lain :
1.      Kloramfenikol
      Merupakan obat antimikroba yang dapat menurunkan demam lebih cepat. Dosis untuk anak-anak 100mg/kg BB /hari.diberikan 4 kali sehari peroral atau IV atau IM
2.      Tiamfenikol
       Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypoid sama dengan kloramfeenikol
3.      Kontrimossasol
      Ekfetivitas kontrimossasol kurang lebih sama dengan kloramfenikol
4.      Ampisilin dan Amoksilin
      Efektivitas Ampisilin dan Amoksilin lebih kecil dibandingkan kloramfenikol
5.      Vitamin B kompleks dan vitamin C
      Sangat diprlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan badan serta menjaga kesetabilan metabolisme tubuh
6.      Kartikosteroi
Dibeikan bagi penderita toksemia berat atau gejala berkepanjangan.

8. Komplikasi
a.       Intestinal : perdarahan usus, perforasi usus dan ileus paralitik
b.      Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan perforasi perifer,miokarditis, trombosis, dan tomboplebitis
c.       Komplikasi darah : Anemia hemolitik, Trombositopeni, dan sindrom uremia hemolitik
d.      Komplikasi paru : Pneumonia, empisema, pleuritis
e.       Komplikasi ginjal : Glomeronefritis, pielonefritis
f.       Komplikasi tulang : Osteomelitis, Spondelitis arthritis
g.      Komplikasi Neuropsikiatri : Delirium, Menengitis, polyneuritis perifer.











B.     Konsep Asuhan Keperawatan
        1)  Pengkajian
                                    a) Pola nutrisi metabolic
                                                Data subjektif : napsu makan berkurang,mual,muntah.
                                                Data objekyif : keadaan umum lemah.
                                    b) pola eliminasi :
 Data subjekyif : perubahan pola BAB
Data objektif : bising usus negative
c) pola aktifitas dan latihan
     Data subjektif : merasa kesulitan untuk bergerak
      Data objekyif : gangguan otot
d) Pola persepsi kognitif
           Data subjektif : suhu tubuh yang nauk turun
            Data objektif : pasien tampak lemah
                                    e) pola mekanisme kopimg dan toleransi terhadap stres
                                                   Data subjekyif : perasaan bosan
                   
2) Diagnosa Keperawatan
a.       Hypertermi b/d infeksi kuman salmonella typhii
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.
c.       gangguan rasa nyaman nyeri abdomen b/d proses peradangan di    Usus
d.      intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
e.       Kurang pengetauan tentan proses penyakit b/d kurang    informasi
f.       resiko terjadinya komplikasi b/d perlukaan pada usus



3) Perencanaan Keperawatan
Meliputi perumusan tujuan yang akan dicapai dengan intervensi dan rasional, yang akan dijelaskan secara terperinci
a.       Hypertermi b/d infeksi kuman salmonella thypii
      HYD : suhu tubuh kembali normal (36ºc- 37ºc)
      Intervensi :
              1. Observasi tanda-tanda vital (TD,N.S,P)
R/ Adanya perubahan pada TTV merupakan petunjuk adanya perubahan kondisi kesehatan pasien.                           
2. Berikan kompres hangat pada pesien
                                                    R/ Dapat meningkatkan terjadinya perpindahan panas    secara evaporasi                                                                                                              
 3. Anjurkan pasien banyak minum ± 2,5 liter perhari dan jelaskan manfaanya bagi pasien
      R/ penimgkatan suhu tubuh dapat mengakibatkan penguapan tubuh sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
4. Anjurkan pasien unruk menggunakan pakaian yang  tipis dan menyerap keringat
5. Anjurkan pasi
 untuk bedrest totol di tempat tidur
    R/ Pergerakan yangbanyak dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
6. Catat intake dan output
     R/ Untuk mengetaui adanya ketidakseimbangan cairan   tubuh
7. Laksanakan advis dokter dalam pemberianobat antiperetik
 R/ Obat antipiretik merangsan vasodilatasi dengan demikian sirkulasi lancar, sehingga proses pembuangan panassecara evaporasi terjadi.
b.      Gangguan rasa nyaman nyri abdomen b/d proses peradanan di usus.
HYD : Nyeri dapat berkurang sampai teratasi
Intervensi :
          1.  Kaji tingkat nyeri
 R/ Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat diketaui sejauh mana nyeri yang dirasakan pasien dan dapat diambil tindakan salanjutnya
2. Observasi TTV
     R/ dengan observasi TTV dapat mengetaui prkembangan pasien
3. Ajarkan teknik relaksasi napas panjang bila nyeri timbul
      R/ Dengan melakukan teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot dan mengurangi nyeri.
4. Alihkan perhatian pasien
       R/ Dengan mengalihkan perhatian, maka oasien tidak berfokus padanyeri
5. Anjurkan untuk istirahat cukup
     R/ Dengan istirahat dan mengurangi aktivitas, maka akan mengurangi nyeri
6. Atur posisi yang menyenangkan bagi pasien
      R/ Posisi yang baik akan mengurangi nyeri sehingga pasien merasa lebih nyaman
7.  Ciptakan suasana yang tenang
R/ pasien dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman
7.Laksanakan advis dokter dalam pemberian obat analgetik
R/ dapat memblok ransangan nyri untuk tidak dipersepsikan ke otak
c.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang
HYD : kebutuhan nutrisi pasien kembali terpenuhi
Intervensi :
1.      Kaji pola makan pasien .
      R/ pola makan pasien dapat memberikan gambaran serta perubahan yang terjadi sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat
2.      Berikan makanan yan mudah ditelan seperti bubur dan hidangannya saat masi hangat.
      R/ membantu pasien dalam meneladan meningkatkan asupan makan
3.      Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
      R/ Menghindari mual, muntah dan meningkatkan asupan      makan
4.      Catat jumlahporsi makan yang dihabiskan pasien setiap hari
      R/ Untik mengetaui jumlah asuapan nutrisi pasien
5.      Timbang berat badan pasientiap 2 hari sekali.
R/ Untuk mengetaui adanya penurunanatau peningkatan berat badan
6.      Berikan obat-obat antasida sesui dengan program dokter
      R/ Obat antasida membanti pasien mengurangi mual, muntah. Dengan pemberian obat tersebut diharapkan meningkatkan nutrisi pasien
d.      Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
      HYD : Kebutuhan aktifitas sehari-hari dapar terpenuhi secara manndiri     
Intervensi :
1.      Kaji tingkat kemampuan pasien dalam braktifitas
  R/ Dapat diketaui sejaih mana pasien mampu beraktifitas sendiri dan dapat diambil tindakan selanjutnya
2.      Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan shari-hari
      R/ Dengan membantu, pasien merasa diperhatikan
3.      Dekatkanalat –alat yang dibutuhkan pasien
 R/ Agar pasienmudahuntuk menjangkau  alat-alat yangdibutuhkan
4.      Berikan dukunganpada pasien dalam malakukan aktifitas sehari-hari secara bertahap
 R/ Pasien mendapatkan semangat atau motifasi untuk melakukan aktifitas sehari-hari sesuai kemampuanya
5.      Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
      R/ Keluarga orang yang terdekat dangan pasien yang sewaktu-waktu dapat membantu pasien memenuhu kebutuhannya
6        Bantu pasien dalam personal hygine
 R/ untuk memberikan rasa nyaman pada pasien.       
e.       Kurang pengetauan tentang proses penyakit b/d kurangnya  informasi.
HYD : Memberikan pemahaman tentang kondisi /proses penyakit
      Intervensi :
         1. Kaji tentang pengetauan pasien / keluarga tentang penyakit
                                              R/ mengetaui sejauh mana informasi / pengetauan pasien serta kebenaran informasi yang didapat sebelumnya.
                                         2. Berikan informasi dalam bentuk yang singkat dan                                                      sederhana
 R/ menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk menerima dan mengingat /menyimpan.
                                        3. berikan informasi tentang kebutuhan untuk diet tinggi protein karbohidrat yang dapat diberiakn / dimakan dalam jumlah kecil tapi sering
                                            R/ meningkatkan proses penyembuhan.Makam    makanandalam jumlah kecil tetepi seringakan menurunkan iritasi lambung dan mungkin j juga dapat mneningkatkan pemasukan secara oral
                                      4. Kaji ulang pengobatan yang diberikan dan tentukan  pengobatan/ obat yang harus diginakan di rumah
R/ Pemenuhan program pengobatan terjadwal perlu untuk  mengatasi proses infeksi.
f.       Resiko terjadinya komplikasi b/d perlukaan pada usus
      HYD : Tidak terjadi komplikasi dan fungsi sirkulasi baik
      Intervensi :
1.      Anjurkan bedrest di tempat tidur selama 3 hari bebes panas
     R/ Pergerakan pasien dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan.
2.      observasi tanda – tanda vital
      R/ untuk mengetaui perkembangan pasien
3.      Monitor secara ketat tanda-tanda komplikasi seperti hematemesis melena, penurunankesadaran, tachikardi dan peningkatan suhu tubuh yang tinggi
      R/ Mengantisipasi secara dini adanya komplikasi sehingga dapat melaksanakan tindakan secepatnya
4.      Laksanakan advis dokter dalam pengobatan sesuai dengan instruksi
      R/ Membantu proses penyembuhan dengan cepat
5.      Bila ada tanda- tanda komlikasi segera kolaborasikanuntuk tindakan selanjutnya
      R/ Mencegah hal- hal yang lebih buruk sehingga pasien dapat segera dosembuhkan .
3)      Disharge Planning
            Hal- hal yang perlu dirancang atau diajarkan atau disampaikan pada pasien kepada keluarganya mengenai oat-obatan, nutrisi, eliminasi,dan lingkungan dan pencegahannya adalah sebagai berikut ;
a)      Obat-obatan
      Anjurkan pasienmakan obat pada waktu yang sama setiap hari
b)       Nutrisi
      Pasien atau keluarga dianjurkan agar mamperhatikan                                                                                                   jenisdanbentuk makanan.
c)      Eliminasi
      Pasien atau keluraga perlu mengontrol BAB dan BAK denga teratur, mengatur cairan yang masuk dan waktu untuk BAB dan BAK
d)     Lingkungan
      Kebersihan lingkungan marupakan perhatian utama. Lingkungan yan tidak bersih dapat menjadi tempat brkembangnya virus
e)       Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengontrol kesehatannya dan berkonsultasi dengan dokter.



















































    


      















































1 komentar:

  1. nice blog...
    ditunggu kunjungan baliknya y ke blog sederhana sy
    http://hendi-wicaksono.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-klien-anak-dengan.html

    BalasHapus