BAB I
PENDAHUAAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan meupakan salah satu factor
yang menentukan kualitas, selain itu juga merupakan anugerah Tuhan yang patut dijagah dan
dilindungi dari ancaman yang dapat merugikan kelangsungan hidup manusia.Seta
kualitas tersbut perlu ditingkatkan dengan jalan mendekatkan pelayaanan
kesehatan yan bersifat menyeluru, terpadu dan berkisinambung.
Dalam Undang- Undang No.23/ 1992. Tentang Kesaehatan
dijelaskan bahwa pengertian kesehatan adalah keshatan sejahtera dari badan,
jiwa dan social yang memungkinkan seseorang bebas dari penyakit,cacat dan
kelemahan, akan tetapi untuk menjadi sehat seseorang harus menerapkan pola
hidup sehat.
Konsep sehat yang meliputi
peninkataan lingkungan fisik, social, pelayanaan kesehatan, perilaku positif
dan perekonomian masyarakat merupakan kendala yang mewujudkan pola hidup sehat
di Negara yang berkembang sepeti di Indonesia.Hal ini di buktikan dengan masih
adanya penyakit atau masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu masalah
tersebut adalah penyakit thypoid.Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yan
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebihdari satu
minggu,gangguan pada pencernaan dan gangguan pada kesadaraan.
Dari data yang di didapatkan angkah
prevalansi demam thypoid di tentukan 70,9 % / 10.000 penduduk. Jumlah ini
merupakaan jumlah yamg masih sangat tinggi, untuk itulah perawat di tuntut
untuk mampu memberikan pelayanaan kesehatan yang berorentasi pada pelayanaan
bio, psiko, social, spiritual yan komperensif yang ditujukan pada individu,
keluarga, dan masyarqakat baik sakit maupun sehat sepanjang siklus kehidupan.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan umum:
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata tentang
penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan “ demam Thypoid” di ruang
dengan perawatan yang komperhensif.
2.
Tujuan Khusus:
a.
Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien
dengan “Deman Thypoid
b.
Dapat merumuskan diagnosa keperawatan dengan
menganalisa data dan kemungkinan masalah yan dapat terjadi berdasarkan pengelompokan
data.
c.
Dapat menyusun dan melakukan tindakaan keperawatan
terhadap pasien dengan “Demam thypoid”
d.
Dapat mengetaui kemungkinan hambatan yang timbul pada
saat memberikan asuhan keperawatan dan merencanakan oemecahaannya
e.
Dapat meningkatkan multi pelayanaan keperawatan pasien
dengan “demam Thypoid”
C.
Metode Penulisaan
Metode yamg digunakan dala penyusunaan makalah ini adalah
metode deskriptif yaitu metode yan bertujuan pada perencanaan masalah disusun,
dijelaskan, dan dianalisa, meliputi :
1.
Studi kepustakaan
Memberi
dan mempelajati literature yan berkaitan dengan laporan hasil studi kasus
2.
wawancara
mengadakan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang status kesehatan pasien
3. Pengamatan kasus, meliputi :
a)
Observasi pada pasien: Mengadakan pengamatan dan
Penelitian langsung pad pasien
b) Pemeriksaan
fisik : dilakukan
melalaui 4 cara yaitu
inspeksi, palpasi perkusi dan
auskultasi
c) Dokumentasi : Status pasien hasil test diagnostic
D.
Sistematika Penulisan
BAB I :Pendahuluan
yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB II :
Landasan teoritis yang terdiri dari: konsep dasar medik, (pengertian, Anatomi
dan Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinik, Test Diagnostik,
Komplikasi, Penatalaksanaan Medik) dan konsep dasar keperawatan, (Pengertian
Keperawatan, Tujuan Keperawatan, Langkah-Langkah Proses Keperawatan, Dampak
Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia, Diagnosa Keperawatan yang lasim muncul).
BAB III : Penerapan proses
keperawatan kepada klien dengan demam tipoid yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan
keperawatan, evaluasi tindakan keperawatan.
BAB IV :Pembahasan kesenjangan yang terdiri
dari pada tiap tahap proses
keperawatan.
BAB V :
Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Tinjauan
Teoritis
1. Defenisi :
Demam
thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenaisaluran pencernaan
dengan gejala demam yan lebih dari satu minggu,dan tedapat gangguan kesadaran.
(Dr. Nursalam, M. Nurs.)
2. Anatoni Fisiologi
Saluran
pencernaan makanan merupakan saluran yan menerima makanan dari luar dan
mempersiapkan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran.) dengan enzim dan zat dair yamg
terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
Susunan saluran pencernaan
terdiri dari :
a.
Oris (mulut)
b.
Faring (tekak)
c.
Esofagus (kerongkongan )
d.
Ventriculus (lambung)
e.
Intestinum minor (usus halus)
-
Duodenum (usus 12 jari)
-
Jejenum
-
Ileum
f.
Intestinum mayor (usus besar)
-
Sekum
-
Kolon asendens
-
Kolon transversum
-
Kolon desendens
-
Kolon sigmoid
g.
Rektum
h.
Anus.
Struktur pencernaan :
1.Oris (mulut )
Mulut adalah permulaan saluran
pencernaan yan terdiri atas dua bagian yaitu: bagian luar yang sempitatau
vestibula yaitu rongga di antara gusi, gigi, bibir dan pipi.Rongga mulut bagian
dalam yaitu: rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maxilaris, palatum
dan mandibularis,di sebelah belakang bersambung dengan faring.
2.Faring (tekak )
Merupakan
organ yan menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esophagus). Terdiri
atas bagian superior disebut nasofaring dan bagian inferior disebut orofaring.Fungsinya:
jalan udara dan jalan makanaan pada faring terjadi penyilangan
3.
Esofagus (kerongkongan)
Merupakaan
saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari
faring sampai pintu masuk kardiak lambung.Lapisan dinding dari dalam keluar :
selaput lendir,(mukosa ), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler
dan lapisan otot memanjang longitudinal.Fungsinya : menggerakan makanan pada
faring ke lambung melalui gerak peristaltic.
4.
Ventriculus (lambung )
Lambung
terdiri dari tiga bagian yaitu : fundus, corpus, dan pylorus.Makanan terhan
selama 3atau 4 jam dalam lambung kemudiaan dikeluarkan dalam bentuk cair /
kimus.
Fungsinya :
1)
Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung
2)
Getah cerna lambung yang dihasilkan :
·
Pepsin fungsinya : memecah putih telurmenjadi
asam amino (albumin dan omino ).
·
Asam garam (HCl ),fingsinya : sebagaimana ragi
yang membekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).
·
Renin fungsinya : sebagaimana ragi yang
membeekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein).
5.
Intestinum minor (usus halus )
Usus
halus adalah bagian saluran cerna diantara lambung dan usus besar. Panjangnya ±
3,720 cm, bergelung dalam rongga perut dan tebagi atas 3 bagian yaitu :
a)
Duodenum (usus 12 jari ) dengan panjang ± 2,5 cm,
dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yan banyak mengandung kelenjar yang
disebut kelenjar brunner berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
b)
Yeyenum (usus kosong) dan ileum (usus penyerapan ).
Panjangnya ± 2-3 meter dan ileum ± 4-5
meter. Ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas yang disebut mesenterrium.fungsinya : mencegah
cairan dalam kolon asandens tidak masuk kembali ke ileum.
c)
Usus halus :
Fungsi usus halus :
-
Mengangkat kimus dari lambung ke usus besar
-
Menyelesaikan pencernaan dengan enzim yang berasal dari
dinding dan kelenjar lain
-
Menyerap hasil akhir pencernaan ke dalam darah dam
limfe
-
Menggetahkan hormone tertentu
6.
Intestinum mayor ( usus besar )
Usus besar memanjang dari katub ileokal ke
anus yang panjangnya ±180 cm, dan terdiri atas :
- Sekum
Di
bawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang bebentuk seperti cacing sehingga
di sebujt juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya di tutupi oleh
peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dapat di raba
melalui dinding abdomen pada organ yang masih hidup.
- Kolon asendens
Panjangnya,
13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum ke
bawah hati.Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura
hepatica, di kolon lanjutkan sebagai transversum
- Kolon transversum
Panjangnya
± 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
- Kolon desendens
Panjangnya
± 25 cm, terletak di bawah abdomen baian
kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum
kiri, bersambung dengan kolon sogmoig
- Kolon sigmoid
Kolon
sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, teletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf s ujung bawahnya berhubungan
dengan rectum.
7.
Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid, yang
menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di
depan os sekrum dan ps koksigis
8.
Anus
Anus adalah bagian
dari saluran pencernan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar( udara luar
) Terletak di dasar pelis,dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter :
1.
Sfingter ani internus(sebelah atas) bekerja tidak
menurut kehendak
2.
Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak
3.
Ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut
kehendak.
3.Etiologi
§
Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu
getar dan tidak berspora.
§
sekurang-
kurangnya 3 macam antigen:
-
MempunyaAntigen O (ohne hauch) somatic antigen
-
Antigen H (houch) menyebar
-
Antigen vi virulen kapsul, merupakan kaosul yang
meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.
§
Bisa juga disebabkan oleh salmonella parathypii
A, B, dan C
4.Patofisiologi
a.
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan
dimusnakan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan
limpoid dan berkembang biak menyerang villi usus halus kemudian masuk ke
peredaraan darah (bakterimia primer) dan mencapai sel- sel retikuloendotitial
hati, limpa dan organ- organ lainya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan
berakhir saat sel- sel retikuloendotitial melepaskan kuman ke dalam peredaraan
darah dan menimbulkan bekterimia jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan
kandung empedu.
b.
Pada minggu pertama terjadi hyperplasia plak, player.
Ini terjadi pada kelenjar limpoid, usus halus, minggu kedua terjadi nekrosis
dan padaminggu ketiga terjadi ulserasi plak player. Pada minggu keempat terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menyebabkan sikatrik.Ulkus dapat menyebabkan
perdarahan bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar- kelenjar
mesenterial dan limpa membesar.
c.
Gejala demam disebabkan oleh Endotoksin sedangkan
gejala pada saluran pencernaan disebabkan kelainan pada usus.
5. Manifestasi Klinik
a)
Masa tunas 10-14 hari.
b)
Minggu I
Demam, nyeri
kepala, pusing, nyri otot, anoreksia,mual,muntah,obstipasi atau
diare,perasaantidak enak di perut,batuk danepistaksis, pada pemeriksaan fisik
didapatkan penungkatkansuhu badan
c)
Minggu II
Demam,
bradikardi relatif, lidah yang khas kotor di tengah,tepi dan ujungnya merah
serta ujungnya tremor, dapat ditemukan hepatomegali,splenomegali meteriorismus.
Kesadaran samnolen,supor koma, dan dapat terjadi dengan gangguan mental berupa
delirium dan psikosis
d)
Minggu III
Demam
tinggi,nyeri perut, feces bercampur darah (melena).
e)
Minggu IV
Penyembuhan
ulkus
6.
Test Diagnostik
a.
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT
(serum glutamik oxaloocetik transaminase) dan SGPT (serum glutamik pyruvik
transaminase) sering meningkat tetapi kembali normal setela sembuh.
b. Pemeriksaan Darah Tepi
terdapat gambaran
Leukopenia, Limpositosis, Aneosinofilia, Anemia, Trombositopenia.
c. Pemeriksaan sum-sum tulang
Menunjukan gambaran
hiperaktif sum-sum tulang.
d. Biakan Empedu
terdapat
basil salmonella thyposa pada urin dan tinja, jika pad periksaa selama 2 kali
berturut-turut tidak didapatkan salmonella thyposa pad urin dan tinja, maka
pasien dinyatakan smbuh
e. Pemeriksaan Widal
Didapat
titer terhadap antigen O adalah 1/200 atau lebih, menunjukankenaikan yang
progresifyang digunakan untuk membuat diagnosa.Akibat infeksi oleh salmonella
thyposa pasien membuat antibody (algutinin) yaitu :
1)
Algutinin O yan dibuat karena ransangan antigen O
(erssal dari tubuh kuman)
2)
Algutinin H karena ransangan antigen H (berasal
dariflagella kuman
3)
Algutinin Vi
karena ransangan Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari
ketiga algutinin ini, algutinin O dan H makin tinggi titernya,makin besar
kemungkinan menderita thypoid. Pada inefeksi aktif pemeriksaan widal akan
meningkat titernya sesudah 5 hari.
7.
Penatalaksanaan Medik
Perawatan dan pengobatan pada demam
thypoid terdiri dari 3 bagian yaitu:
a.
Perawatan
Bertujuan mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan.
1.
Pasien demam thypoid perlu di rawat di rumah sakit
untuk isolasi,obserasi tanda- tanda vital dan pengobatan.
2.
Tirah baring selama, untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus atau perforasi usus
3.
Mobilisasi bertahap bila suhu tidak panas sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien
4.
Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus
di ubah- ubah pada interval waktu tertentu untuk menghindari dekubitus
5.
bab dan bak perlu diperhatikan karena kadan terjadi
obstipasi da retensi urin
b.
Diit
1)
Makanan cukup kalori dan protein renda serat,tidak meransang
dan menimbulkan gas. Bentuknya saring atau
lunak.
2) Makanan dapat ditingkatkan sesuai
perkembangan keluhan gastrointestinal sampai makanan habis.
a) Jika kesadaran masi baik di berikan
makanan lunak dengan lauk-pauk dicincang (hati daging), sayuranlabu siam, wortel,
yang dimasak linak sekali,boleh juga diberi tahu,telur setengah matang, susu
diberikan 2x1 gelas perhari,jika makanan tidak dihabiskan diberikan ekstra
susu.
b)
Pasien yang kesedaranya menurun sekali diberikan cair personde, kalori sesuai
kebutuhan, pemberiaanya diatur setiap e3 jam termaksud makanan ekstra seperti
sari buah, bubur kacang ijo yang sudah di haluskan
c)
Jika pasien parah seperti yang menderita delirium,dipasang infuse dengan cairan
Glukosa dan NaCl. Jika keadaan suda baik berikan makanan personde disamping
infuse masi di berikan.
c. Pengobatan Medik.
Obat
yang digunakan antara lain :
1.
Kloramfenikol
Merupakan obat antimikroba yang dapat menurunkan demam lebih cepat.
Dosis untuk anak-anak 100mg/kg BB /hari.diberikan 4 kali sehari peroral atau IV
atau IM
2.
Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypoid sama dengan
kloramfeenikol
3.
Kontrimossasol
Ekfetivitas kontrimossasol kurang lebih sama dengan kloramfenikol
4.
Ampisilin dan Amoksilin
Efektivitas Ampisilin dan Amoksilin lebih kecil dibandingkan
kloramfenikol
5.
Vitamin B kompleks dan vitamin C
Sangat diprlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan badan serta
menjaga kesetabilan metabolisme tubuh
6.
Kartikosteroi
Dibeikan bagi penderita toksemia berat
atau gejala berkepanjangan.
8. Komplikasi
a.
Intestinal : perdarahan usus, perforasi usus dan ileus
paralitik
b.
Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan perforasi
perifer,miokarditis, trombosis, dan tomboplebitis
c.
Komplikasi darah : Anemia hemolitik, Trombositopeni,
dan sindrom uremia hemolitik
d.
Komplikasi paru : Pneumonia, empisema, pleuritis
e.
Komplikasi ginjal : Glomeronefritis, pielonefritis
f.
Komplikasi tulang : Osteomelitis, Spondelitis arthritis
g.
Komplikasi Neuropsikiatri : Delirium, Menengitis,
polyneuritis perifer.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a) Pola
nutrisi metabolic
Data
subjektif : napsu makan berkurang,mual,muntah.
Data
objekyif : keadaan umum lemah.
b) pola
eliminasi :
Data subjekyif :
perubahan pola BAB
Data objektif : bising usus negative
c) pola aktifitas dan latihan
Data subjektif : merasa
kesulitan untuk bergerak
Data objekyif : gangguan otot
d) Pola persepsi kognitif
Data subjektif : suhu
tubuh yang nauk turun
Data objektif : pasien tampak lemah
e) pola
mekanisme kopimg dan toleransi terhadap stres
Data subjekyif : perasaan bosan
2) Diagnosa Keperawatan
a.
Hypertermi b/d infeksi kuman salmonella typhii
b.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake yang kurang.
c.
gangguan rasa nyaman nyeri abdomen b/d proses
peradangan di Usus
d.
intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
e.
Kurang pengetauan tentan proses penyakit b/d kurang informasi
f.
resiko terjadinya komplikasi b/d perlukaan pada usus
3) Perencanaan Keperawatan
Meliputi perumusan tujuan yang akan dicapai dengan intervensi dan
rasional, yang akan dijelaskan secara terperinci
a.
Hypertermi b/d infeksi kuman salmonella thypii
HYD : suhu tubuh kembali normal (36ºc- 37ºc)
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital
(TD,N.S,P)
R/ Adanya perubahan pada TTV merupakan petunjuk adanya perubahan kondisi
kesehatan pasien.
2. Berikan kompres hangat pada pesien
R/ Dapat meningkatkan terjadinya perpindahan panas secara evaporasi
3. Anjurkan
pasien banyak minum ± 2,5 liter perhari dan jelaskan manfaanya bagi pasien
R/
penimgkatan suhu tubuh dapat mengakibatkan penguapan tubuh sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
4. Anjurkan pasien unruk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
5. Anjurkan pasi
untuk bedrest totol di tempat
tidur
R/
Pergerakan yangbanyak dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
6. Catat intake dan output
R/ Untuk mengetaui adanya ketidakseimbangan cairan tubuh
7. Laksanakan advis dokter dalam pemberianobat
antiperetik
R/ Obat antipiretik merangsan
vasodilatasi dengan demikian sirkulasi lancar, sehingga proses pembuangan
panassecara evaporasi terjadi.
b.
Gangguan rasa nyaman nyri abdomen b/d proses peradanan
di usus.
HYD : Nyeri dapat berkurang sampai teratasi
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri
R/ Dengan mengkaji tingkat nyeri
dapat diketaui sejauh mana nyeri yang dirasakan pasien dan dapat diambil
tindakan salanjutnya
2. Observasi TTV
R/ dengan observasi TTV dapat
mengetaui prkembangan pasien
3. Ajarkan teknik relaksasi napas panjang bila nyeri timbul
R/ Dengan melakukan teknik
relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot dan mengurangi nyeri.
4. Alihkan perhatian pasien
R/ Dengan mengalihkan
perhatian, maka oasien tidak berfokus padanyeri
5. Anjurkan untuk istirahat cukup
R/ Dengan istirahat dan
mengurangi aktivitas, maka akan mengurangi nyeri
6. Atur posisi yang menyenangkan bagi pasien
R/ Posisi yang baik akan
mengurangi nyeri sehingga pasien merasa lebih nyaman
7. Ciptakan
suasana yang tenang
R/ pasien dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman
7.Laksanakan advis dokter dalam
pemberian obat analgetik
R/ dapat memblok ransangan nyri untuk tidak
dipersepsikan ke otak
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d intake yang kurang
HYD : kebutuhan nutrisi pasien kembali terpenuhi
Intervensi :
1.
Kaji pola makan pasien .
R/ pola
makan pasien dapat memberikan gambaran serta perubahan yang terjadi sehingga
dapat memberikan intervensi yang tepat
2.
Berikan makanan yan mudah ditelan seperti bubur dan
hidangannya saat masi hangat.
R/ membantu
pasien dalam meneladan meningkatkan asupan makan
3.
Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
R/ Menghindari mual, muntah
dan meningkatkan asupan makan
4.
Catat jumlahporsi makan yang dihabiskan pasien setiap
hari
R/ Untik mengetaui jumlah
asuapan nutrisi pasien
5.
Timbang berat badan pasientiap 2 hari sekali.
R/ Untuk mengetaui adanya penurunanatau peningkatan berat badan
6.
Berikan obat-obat antasida sesui dengan program dokter
R/ Obat
antasida membanti pasien mengurangi mual, muntah. Dengan pemberian obat
tersebut diharapkan meningkatkan nutrisi pasien
d.
Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
HYD :
Kebutuhan aktifitas sehari-hari dapar terpenuhi secara manndiri
Intervensi :
1.
Kaji tingkat kemampuan pasien dalam braktifitas
R/ Dapat diketaui sejaih mana pasien mampu
beraktifitas sendiri dan dapat diambil tindakan selanjutnya
2.
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan shari-hari
R/ Dengan membantu, pasien
merasa diperhatikan
3.
Dekatkanalat –alat yang dibutuhkan pasien
R/ Agar pasienmudahuntuk
menjangkau alat-alat yangdibutuhkan
4.
Berikan dukunganpada pasien dalam malakukan aktifitas
sehari-hari secara bertahap
R/ Pasien mendapatkan semangat
atau motifasi untuk melakukan aktifitas sehari-hari sesuai kemampuanya
5.
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/
Keluarga orang yang terdekat dangan pasien yang sewaktu-waktu dapat membantu
pasien memenuhu kebutuhannya
6
Bantu pasien dalam personal hygine
R/ untuk memberikan rasa nyaman
pada pasien.
e.
Kurang pengetauan tentang proses penyakit b/d kurangnya
informasi.
HYD : Memberikan pemahaman tentang kondisi /proses penyakit
Intervensi :
1. Kaji tentang pengetauan
pasien / keluarga tentang penyakit
R/ mengetaui sejauh mana informasi /
pengetauan pasien serta kebenaran informasi yang didapat sebelumnya.
2. Berikan informasi dalam bentuk yang
singkat dan sederhana
R/ menurunnya rentang perhatian
pasien dapat menurunkan kemampuan untuk menerima dan mengingat /menyimpan.
3.
berikan informasi tentang kebutuhan untuk diet tinggi protein karbohidrat yang
dapat diberiakn / dimakan dalam jumlah kecil tapi sering
R/
meningkatkan proses penyembuhan.Makam
makanandalam jumlah kecil tetepi seringakan menurunkan iritasi lambung
dan mungkin j juga dapat mneningkatkan pemasukan secara oral
4. Kaji
ulang pengobatan yang diberikan dan tentukan
pengobatan/ obat yang harus diginakan di rumah
R/ Pemenuhan program pengobatan terjadwal perlu untuk mengatasi proses infeksi.
f.
Resiko terjadinya komplikasi b/d perlukaan pada usus
HYD : Tidak terjadi komplikasi dan fungsi sirkulasi baik
Intervensi :
1.
Anjurkan bedrest di tempat tidur selama 3 hari bebes
panas
R/
Pergerakan pasien dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan.
2.
observasi tanda – tanda vital
R/ untuk mengetaui perkembangan
pasien
3.
Monitor secara ketat tanda-tanda komplikasi seperti
hematemesis melena, penurunankesadaran, tachikardi dan peningkatan suhu tubuh
yang tinggi
R/
Mengantisipasi secara dini adanya komplikasi sehingga dapat melaksanakan
tindakan secepatnya
4.
Laksanakan advis dokter dalam pengobatan sesuai dengan
instruksi
R/ Membantu proses
penyembuhan dengan cepat
5.
Bila ada tanda- tanda komlikasi segera
kolaborasikanuntuk tindakan selanjutnya
R/
Mencegah hal- hal yang lebih buruk sehingga pasien dapat segera dosembuhkan .
3)
Disharge Planning
Hal- hal yang perlu dirancang atau
diajarkan atau disampaikan pada pasien kepada keluarganya mengenai oat-obatan,
nutrisi, eliminasi,dan lingkungan dan pencegahannya adalah sebagai berikut ;
a)
Obat-obatan
Anjurkan pasienmakan obat pada
waktu yang sama setiap hari
b)
Nutrisi
Pasien atau keluarga
dianjurkan agar mamperhatikan jenisdanbentuk
makanan.
c)
Eliminasi
Pasien atau keluraga perlu
mengontrol BAB dan BAK denga teratur, mengatur cairan yang masuk dan waktu
untuk BAB dan BAK
d)
Lingkungan
Kebersihan lingkungan
marupakan perhatian utama. Lingkungan yan tidak bersih dapat menjadi tempat
brkembangnya virus
e)
Anjurkan pasien
atau keluarga untuk mengontrol kesehatannya dan berkonsultasi dengan dokter.
nice blog...
BalasHapusditunggu kunjungan baliknya y ke blog sederhana sy
http://hendi-wicaksono.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-klien-anak-dengan.html